Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "A Man of The World" [4]

11 Juli 2019   07:15 Diperbarui: 11 Juli 2019   07:26 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by. pixabay.com

Kau muncul di balik pintu. Sudah berganti baju. Segelas teh panas, kau ajukan ke hadapku. Juga handuk kecil. Kuusap ke rambut serta lenganku. Bajuku lumayan kuyup. Kau duduk di sisiku. Di beranda kostmu, hanya berdua. 

Hujan semakin deras. Kuajak pulang, jadi pilihan tepat. Kau sentuh lengan bajuku.

"Basah beneran, Mas!"

"Cuma air!"

"Haha..."

"Untung Mas lapisi baju kaos!"

"Mau minyak kayu putih?"

"Gak! Tawari minum aja!"

"Eh? Di minum, Mamas..."

"Nanti aja. Masih panas!"

"Iiih..."

Cubitmu temui sasaran, sesuka jarimu. Kubiarkan. Aku belum tahu, inginmu sore tadi datang ke rumah. Kucoba mengerti. Kau ingin tahu kondisiku. Karena besok ujianku. Kuraih sebatang rokok. Kunyalakan. Kau diam memperhatikan.


"Mas..."

"Hah?"

"Tadi dengar obrolan Nunik dengan Bude pas mau pulang?"

"Gak! Kan, Mas lagi di planet Pluto?"

"Haha.."

"Tentang apa?"

"Kalau bukan bareng Nunik, Mas gak datang!"

"Haha..."

"Kenapa tertawa?"

"Bude bohong!"

"Eh?"

"Mas pernah ke situ. Habis lari pagi..."

"Lah? Bude buka sore, kan?"

"Makanya, Bude gak tahu. Mas datang bukan cuma bareng Nunik!"

"Cuma lewat, kan?"

"Iya."

"Sama siapa?"

"Haha..."

"Mamaaas..."

"Aduh!"

Terasa perih, kali ini. Kuusap lenganku. Kau sandarkan tubuhmu ke bangku. Wajahmu menatap halaman. Butir hujan, tak berkurang. Aku tersenyum menatapmu.


"Merajuk?"

"Biar!"

"Nanti jelek?"

"Biar!"

"Cemburu sama Pipinx? Dengan Codoik? Atau Ajo?"

Plak! Plak! Plak! Plak!

Tawaku pecah. Kau hempaskan rasamu, di bahu kiriku. Tawamu, tak lagi kau tahan. Kuraih gelas di hadapku. Kureguk sedikit. Kau ikuti gerikku, menunggu reaksiku.

"Manis, Mas?"

"Coba aja!"

Kuserahkan gelas di tanganku. Kau cicipi. Tersenyum, kau letakkan gelas di meja.

"Kan, Manis?"

"Iya. kalau ditambah senyum!"

"Halah! Nik udah hafal rayuan itu."

"Eh, Bude pesan apa tadi?"

"Nah! Mas dengar, kan?"

"Iya! Tapi gak ngerti!"

"Haha..."

"Apa?"

"Bukan pesan. Tapi do'a!"

"Mas tahu! Bude suruh baca do'a sudah makan!"

"Sok Tahu!"


Aku tertawa. Wajah jengkelmu keluar. Aku mengerti, maksud do'a dari bude itu. Kutatap matamu.

"Nik amiinkan?"

"Kenapa tanya?"

"Gak ajak Mas?"

"Mas pasti amiinkan!"

"Belum!"

"Amiinkan aja!"

"Do'anya apa?"

"Pokoknya..."

Kalimatmu berhenti. Wajahmu bersemu merah. Tetiba, kau tundukkan wajahmu. Aku sangat tahu. Takkan sanggup kau ujarkan. Kuacak kepalamu. Bertahun kutunggu. Kukira takkan pernah kudengar. Ucap langsung ungkapan rasamu. Perlahan, kau angkat wajahmu menatapku.

"Nik sudah amiinkan dua kal!"

"Hah! Ambil jatah Mas?"

"Biar!"

"Udah banyak yang doakan, ya?"

"Iya! Eh..."

"Haha..."


Plak! Plak! Plak!

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay #SpeakYourMind #UnforgettableMoment

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun