Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Akibat Dialog Bertele-tele

22 Juni 2019   08:12 Diperbarui: 22 Juni 2019   10:36 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

"Aku lagi galau, Bang!"
"Terus?"
"Bisa bantu, Bang?"
"Abang belum bisa sekarang, Dek!"
"Tapi..."

Apa yang dimaknai dari dialog dua tokoh ini?  Kukira, yang terjadi ada dua kutub untuk menarik kesimpulan yang difahami oleh pembaca.

Versi si "Aku,"
Pertama, si Aku adalah komunikator atau yang memulai pembicaraan. Dan, pada posisi ingin curhat kepada orang yang dianggap lebih tua (si Abang).
Kedua, si Aku menyatakan perasaannya yang lagi galau pada si Abang.
Ketiga, si Aku membutuhkan bantuan dari si Abang.
Keempat, si Aku mendapat penolakan dari si Abang.

Versi si "Abang,"
Pertama, si Abang adalah komunikan, orang kedua yang menjadi lawan bicara si Aku, sekaligus sebagai orang yang lebih tua.
Kedua, si Abang merespon dan menanti lanjutan pernyataan galau si Aku.
Ketiga, si Abang menolak memberi bantuan kepada si Aku.
Keempat, si Abang "seperti" tak memberi kesempatan atau ruang. Bisa jadi, malah tak peduli pada si Aku.

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Kenapa Bisa Begitu? 

Dari 5 kalimat dialog itu, kenapa setidaknya terjadi 8 versi dari si Aku dan si Abang? Jika berdasarkan asumsi dimensi waktu dan ruang. Pun, bila secara imajiner kita merekayasa dampak dari dialog itu, maka akan ditemui beberapa kemungkinan.


Pertama. Bisa saja si Aku ketika menemui si Abang, datang pada waktu atau tempat yang tidak tepat untuk memulai juga menyampaikan maksudnya. Semisal si Abang lagi sibuk, lagi istirahat atau malah sedang bad mood! Bisa juga, saat itu berada di tempat dan suasana keramaian. Dan si Abang ingin "menjaga" privasi si Aku, agar tak disampaikan ke ruang publik.

Sehingga, terjadi penolakan dan ketidakpedulian. Atau malah si Abang berfikir, "ini anak gak sensitif atau gak tahu diri? Apa gak lihat kalau aku lagi..." dan seterusnya.

Kedua, si Aku berharap bahwa si Abang orang yang di percaya, serta satu-satunya pilihan sebagai tempat untuk curhat. Namun, karena merasa mendapat respon "negatif" serta berakhir dengan penolakan padahal belum sempat menjelaskan. Maka si Aku berfikir, "Abang sudah tak lagi peduli..."

Ketiga. Si Abang sudah bosan dianggap "truk sampah" oleh si Aku? Bisa juga si Abang jengkel dengan ungkapan rasa galau dan minta bantuan! Karena tak jelas di kalimat pembuka, galau tentang apa? Dan jenis bantuan yang dibutuhkan seperti apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun