Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Unforgettable Moment" [4]

20 Juni 2019   08:15 Diperbarui: 20 Juni 2019   08:23 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Tak ada lagi gerimis. Hanya ada redup cahaya lampu terangi beranda. Kunikmati heningmu. Entahlah. Sejak pulang dari kampus, kau ingin kutemui. Lalui waktu. Merangkai rasa. Membingkai asa.

Aku terkejut, dan kalah cepat. Tetiba kau raih kotak rokok di meja. Aku tahu, gagal nyalakan rokok ketiga malam itu. Kau tersenyum gelengkan kepala seraya ajukan gelas berkopi padaku.

"Minum kopi aja, Mas!"

"Jangan curang!"

"Nanti lagi, ya?"

Kuraih gelas di tanganmu. Kereguk isinya. Kau masih tersenyum menatapku.

"Mas kenapa?"

"Hah?"

"Mau ngomong sesuatu, kan?"

"Mau ngerokok!"

Tak bicara. Kau serahkan kotak rokok. Kau kupandangi. Tak bereaksi. Kunyalakan sebatang rokok, kuhirup dalam. Kuhempas pelan. Kepulan asap tipis tersebar di beranda.

"Ada apa, Mas?"


Aku diam menatapmu. Sukar bagiku ujarkan lugas rasa juga asaku. Suratmu terus mengalir. Dua tahun terakhir, berkali kuhadapi protesmu. Sesekali kau terima balasan dariku. Bukan tak mau. Tapi aku tak tahu, cara merengkuh rasa dan asamu. Kau sentuh lengan kiriku.

"Mas..."

"Mau jawab pertanyaan Mas?"

"Apa?"

"Dengan ya atau tidak!"

"Hah!"

"Mau?"

Raut wajahmu berubah. Kau tukar posisi dudukmu ke hadapku. Tanganmu tak lagi di lenganku. Perlahan, kau anggukkan kepala.

"Sudah lima tahun, kan?"

"Iya!"

"Tak akan berubah?"

"Kenapa Mas..."

"Ya atau tidak?"

"Tidak!"

"Mas belum boleh bertemu Ayah dan Mamak, kan?"

"Nunik belum...."

"Gak usah teruskan!"

"Mas..."

"Nik tahu yang akan dihadapi? Jika Ayah dan Mamak..."

Aku jadi tahu, kau tak siap. Beningmu jadi jawaban. Bertahun aku bertahan. Tak ajukan pertanyaan itu. Tapi, malam itu aku butuh jawabmu. Bukan mataair matamu.

Kulempar pandangku ke halaman. Kembali, kunikmati rokokku. Dan kembali aku menatapmu. Kau tundukkan wajahmu. mencoba sembunyikan tangismu. Dua tanganmu saling bertaut. Kau angkat wajahmu menatapku. Kulihat beningmu.

"Mas ingin..."

Segera, kuhentikan ucapanku. Malam itu bukan waktuku untuk jawabmu. Kau raih ujung jilbabmu, menutupi wajahmu. Kau gelengkan kepala. Bahumu naik turun. Kau tekan rasamu. Kau hempas resahmu. Kubiarkan kau tata rasamu.

Aku menikmati sunyi. Kukira waktuku hampir habis. Kureguk kopi tersisa. Perlahan, kau menatapku. Lirih, kudengar suaramu.

"Jangan tanya tentang..."

"Iya!"

"Nik gak tahu..."

"Lupakanlah!"

Tangismu, tak bisa kau hentikan. Kuusap kepalamu. Pikiranku berkecamuk. Egoku hadirkan beningmu.

"Maafkan Mas, ya?"

"Tapi Nik janji!"

"Jangan lakukan! Jika..."

"Sampai kapan pun!"

Cepat. Dua tanganmu, meraih tangan kananku. Kau genggam erat. Kau sentuhkan ke dahimu. Kurasakan. Airmatamu basahi punggung tanganku. Aku terdiam.

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay #SpeakYourMind

zaldychan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun