Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Terpancang di Kelopak Waktu

15 Juni 2019   08:15 Diperbarui: 15 Juni 2019   08:51 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by : pixabay.com

selamat pagi, sepi!
belum kutemukan cara mengusikmu di patahan-patahan perjalanan hari. dan tak pantas kuputuskan mengusirmu, di setiap pecahan-pecahan liku hati. saat cermin diri terpapar retak-retak cahaya putih, kau di sisiku berselubung perca-perca aroma perih.

ketika garis hangat mentari menyapa ujung kaki, kau bertahan tak lari sembunyi. perlahan menggubah birama penantian, menjadi notasi irama kesunyian. menghanyutkan puing-puing kesedihan, sesaat bermuara di undakan kedamaian.

selamat pagi, sepi!
tak sempat kutitipkan kepada mimpi, agar secepatnya mengajakmu pergi. nyaris genap tigapuluh hari, ia tak hadir. hingga duapuluh sembilan lelap sisa malamku, untuk sekedar mampir.

ketika secangkir kopi tergeletak pasrah, menemani pagiku yang basah. kau sengaja mengisi ruang-ruang hampa suara, membujukku kembali menghirup udara luka.  tak peduli sayat sembilu dulu, masih terpancang di kelopak waktu.

aku pun membencimu, pagi!
tanpa mimpi. karenamu, kurasakan sepi.

Curup, 15.06.2019
zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun