Tak lagi menunggu, kau kutinggal. Aku lenyap dari ruang tamu. Sejak pulang dari rumahmu. Sabtu malam hingga minggu malam. Waktuku habis di rental Maknen. Bolak balik ke rumah pembimbing, lakukan revisi akhir skripsi. Kembali meminta tanda tangan pembimbing. Ke tempat fotocopy, perbanyak dan jilid skripsi. Jam sepuluh malam semua selesai.
Agak lama, Â kau kutemui. Enam jilid skripsiku terhampar di meja. Aku tertawa menatapmu. Kembali kau masukkan semua skripsiku ke dalam tas. Aku duduk di hadapmu. Kau menatapku.
"Rapi, Mas?"
"Iyalah! Biar Nik gak ngomel!"
"Bukan Mas! Tapi Jilid skripsi!"
Oh! Tempat fotocopy dekat rental Maknen!"
Kau tertawa aku juga. Setahun terakhir, selalu hadir omelanmu tentang cara berpakaianku. Tapi kau juga tahu. Protesmu akan berlalu. Kau terikat perjanjian di awal kebersamaan. Itu masih berlaku. Tak perlu atur cara pakaianku dan kebiasanku merokok. Seperti pagi itu, kau geleng kepala. Melihat pakaianku. Aku tersenyum menatapmu.
"Kenapa?"
"Pakai baju kaos?"
"Kan, berkerah?"
"Celana?"