Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Speak Your Mind" [10]

7 Juni 2019   07:15 Diperbarui: 20 Juni 2019   12:29 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrated by pixabay.com

Puluhan bulan juga ratusan hari. Kau dan aku lalui waktu. Memaknai bersama sebagai ikatan. 24 april 1995. Kau paksa aku sepakati. Sebagai tanggal jadi. Tiga bulan setelah kau terima surat keduaku. Dari Padang Panjang.


Kureguk tuntas. Isi gelas. Kembali kunyalakan rokokku. Kau tahu, waktuku bersiap pulang. Kau menatap jam di tanganmu. Kau ajukan kepadaku. Masih setengah jam, sebelum angka sembilan. Aku tertawa.

"Belum boleh?"

"Belum!"

"Mas mau cuci baju, kan?"

"Besok?"

"Tanggal dualima, kan? Mas udah janji. Selesai skripsi diprint. Biar langsung..."


Aku terhenti. Menatapmu. Kau tersenyum. Kutepuk jidatku. Kau tertawa. Aku jadi tahu alasanmu ingin bertemu. Hari sabtu itu, satu bulan lewati tahun kelima. Jalinan asa dan rasa itu.

"Kenapa Nik gak bilang?"

"Apa?"

"Sekarang tanggal duaempat?"

"Nik pikir, Mas ingat!"

"Mas ingat besok! Karena mau minta tandatangan pembimbing!"

"Haha..."

Kugaruk kepala. Berkali. Hal detil seperti itu, acapkali lewat dari ingatanku. Awalnya kuanggap biasa. Itu caramu. Akan berhenti seiring waktu. Tapi tidak untukmu. Angka 24 setiap bulan itu, kau anggap istimewa. Apapun reaksiku.


"Udah lewati satu bulan lagi, Mas!"

"Iya. Mas lupa!"

"Haha..."

"Udah lama, ya?"

"Gak!"

"Hah?"

"Lebih lama dulu. Waktu menunggu!"


Raut wajahmu berubah. Aku menatapmu. Kau anggukkan kepala. Alur ingatanku, kembali ke masa itu. Setamat MTs di Curup, aku ke Padang Panjang. Kau lanjut di Kota Bengkulu. Kau dan aku kembali bertemu. Usai empat tahun terpisah.

"Kan empat tahun?"

"Kan, tak pernah bertemu!"

"Sekarang? Juga jarang bertemu, kan?"

"Tapi, Nik tahu. Mas ada!"

Aku terdiam. Kau menatapku. Acapkali, masa empat tahun itu menjadi penyesalan. Tapi perpisahan itu memperkuat rasa untuk satu asa. Bagimu juga aku. Tak terhitung aral di lalui berdua.

"Nik!"

"Hah?"

"Mas gak tahu sampai kapan! Mas cuma..."

"Nik percaya!"

Kau tersenyum. Kutatap manik matamu. Aku segera berdiri. Kau mengerti. Waktuku untuk pergi. Kau berdiri di sisiku. Sekilas kuusap kepalamu. Segera melangkah menuju pagar, kau di belakangku.


Aku berdiri di sisi luar pagar. Dari jauh tampak angkot putih. Kau masih menunggu. Berdiri di sisi dalam pagar.


"Senin, Nik Ikut, kan?"

"Jam berapa?"

"Sembilan?"

"Insyaallah. Tak usah jemput! Nik langsung ke rumah Mas aja!"

"Jangan lupa pamit ke ibu!"

"Iya! Hati-hati, Mas!"

Kuanggukkan kepala ucapkan salam. Tak kudengar lagi jawab salammu. Angkot putih sudah bergerak pelan. Aku tahu, Malam itu tak bisa pulang ke rumah. Tujuanku rental Maknen. Membereskan dan merapikan skripsiku.

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun