Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Benarkah Tanpa Sadar Kita Membangun "Prison of Society"?

30 April 2019   10:28 Diperbarui: 2 Mei 2019   18:05 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by. pixabay.com

"Penjara adalah tempat pendidikan yang luar biasa untuk melatih kesabaran dan ketekunan. Ini adalah ujian komitmen seseorang," Nelson Mandela

Benarkah hikmah berada dalam dinding bersegi dengan dihiasi jeruji besi bisa sedahsyat itu? Jika begitu, jejangan semua orang berbondong "sekolah" ke penjara, kan? Eh, atau karena miliki motif itu, maka banyak elite dan tokoh berjamaah di penjara?

Jika melihat dari pribadi Nelson Mandela, hikmah di penjara yang diajukan salah satu tokoh legenda dunia ini bakal banyak yang sepakat. Dan harus diingat, Nelson Mendela adalah Tahanan Politik. Yang tentu saja "berbeda" hak dan kewajibannya dibanding pelaku kriminal lainnya. Kukira tak akan sama, hikmahnya, kan?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com

Sekilas Ulang Tentang Penjara Hingga Berubah Menjadi Lembaga Pemasyarakatan

Menurut Wikipedia, Penjara, bui, atau lembaga pemasyarakatan adalah fasilitas negara yang mana merupakan tempat seseorang untuk ditahan secara paksa dan lepas dari kebebasan apapun di bawah otoritas negara. Penjara berasal dari sistem hukuman Eropa abad ke-17 untuk menggantikan hukuman badan dan mati. jadi, pidana penjara adalah pidana pencabutan kemerdekaan. Dan diadopsi oleh sistem hukum Indonesia.

R.A Koesnoen dalam Politik Pendjara Nasional, menyatakan asal-usul kata "penjara" berasal dari bahasa Jawa, penjoro, yang berarti "tobat". "Dipenjara berarti dibikin tobat," tulis Koesnoen. Caranya, para pegawai penjara menekan, meneror, dan menggiring narapidana untuk bertobat atau kapok secara lekas. Hasilnya? Kontraproduktif! Bukannya tobat, malah banyak yang menjadi residivis (pelaku kejahatan berulang). Maka, dicetus ide mengubah "konsep" penjara. Seperti juga terjadi di banyak negara eropa.

Saya tidak ingin mengirim mereka ke penjara. Saya ingin mengirim mereka ke sekolah.  Adlai Stevenson [Wapres AS 1853-1914]

Ide lembaga pemasyarakatan mulai bergaung dari pidato Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun 1962. Dua alasan dikemukakan untuk mengubah kata Penjara menjadi Lembaga Pemasyarakatan melalui pidatonya. Pertama, "Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk atau lebih jahat daripada sebelum dia dipenjarakan". Kedua, "Tidak boleh selalu ditunjukkan pada narapidana bahwa dia itu penjahat."

Hingga istilah pemasyarakatan secara resmi dipergunakan sejak 27 April 1964 melalui Amanat Presiden Republik Indonesia sehubungan dengan adanya Konferensi Dinas Kepenjaraan untuk seluruh Indonesia yang diadakan di Lembang dekat Bandung dari tanggal 27 April sampai tanggal 7 Mei 1964 (Bahrudim Suryobroto dalam "Pemasyarakatan, Masalah dan Analisa" termuat di Prisma, 5 Mei 1982).

Kini, juga dikenal dengan Rumah Tahanan (bagi yang belum lalui proses inkrah) tujuannya sama, dipisahkan dari "habitat" aslinya dan dibina sebagai warga binaan agar semakin baik. Pertanyaannya, sesuaikah dengan tujuan dan harapan itu? Bakal ada banyak versi jawaban dan juga akan banyak alasan, ya?

Illustrated by.pixabay.com
Illustrated by.pixabay.com

"Prison of Society" adalah Penjara Terbesar

Akan ada perdebatan panjang, jika menyatakan orang yang di penjara adalah "pasti" bersalah. Idealnya, ditukar kalimatnya dengan "dibuktikan" bersalah. Karena ada banyak "faktor x" dalam menemukan dan menentukan kepastian dan pembuktian seseorang itu bersalah atau tidak. Arswendo Atmowiloto malah berucap  "Tidak semua yang ada di dalam penjara itu napi. Dan tidak semua napi berada di dalam penjara". Tuh, kan?

Secara tak sadar, aneka versi jawaban juga alasan yang diajukan, malah menjadi "penjara" yang sebenarnya. Kita pelan-pelan membuat penjara paling besar, yaitu Prison of Society (Penjara Masyarakat). Lah? Kenapa begitu?

Anggaplah Prison Of Society, plesetan dari lagu grup musik The living End yang bertahan 69 Minggu di ARIA Top 100 dengan judul " Prisoner Of Society". Jika di lagu tersebut, berbicara tentang 'Tahanan Masyarakat". Maka Ditulisan Ini, "Penjara Masyarakat". Aih sama atau beda, ya? Ga usah bahas itu, sepakat? Ahaay..

Pandangan orang lain adalah penjara kami, pikiran mereka adalah sangkar kami. Virginia woolf [1882-1941]

Berbasis quote ini, maka aku tertarik menyigi tentang Penjara Masyarakat. Versiku, hiruk pikuk dari beberapa fenomena di masyarakat sekarang. Dihadirkan dalam bentuk berita atau cerita yang memenuhi lini masa melalui media cetak dan elektronik. Apapun sumbernya, yang kemudian disajikan sebagai fakta. Diperkuat dengan data, berdebat mengkategorikan ke ranah hoax atau tidak.

Tak berhenti sampai disitu, kemudian mengkotakkan personal atau kelompok ke dalam kelompok hitam-putih, golongan pahit-manis, kumpulan garis lurus-bengkok atau bahkan nama-nama binatang? Akhirnya, semua terjebak dalam logika curiga, berdiri di pintu abu-abu, gegara sukar memutuskan apa dan siapa yang benar dan salah?

Korban manipulasi pikiran tidak tahu bahwa dia adalah korban. Baginya, dinding penjara tidak terlihat, dan dia percaya dirinya bebas.  Aldous Huxley [1894 -- 1963]

Efeknya? Muncul berbagai kekhawatiran, kecemasan malah phobia! Semua lapisan dari mulai elite masyarakat, hingga orang-orang yang di akar rumput. Terjebak dengan kedahsyatan arus berita dan cerita yang berseliweran bak layangan putus tali.

Jika boleh diilustrasikan; bayangkan, sosok petani nun jauh di pelosok negeri. Usai shubuh menyimak berita radio, mengabarkan keberhasilan petani di daerah lain, harga hasil pertanian yang meningkat, harga pupuk semakin murah. Kukira, sang petani bakal segera mematikan radio, untuk berangkat bekerja,

Tapi sebaliknya. Jika setiap pagi, petani mendengar berita gaduh politik, Ledakan bom, tertangkap tangan koruptor, harga hasil pertanian yang turun, pupuk yang kian langka dan mahal. 

Kira-kira apa reaksi petani tersebut? Mungkin saja mencari teman sesama petani. Dan ngobrol ngalor ngidul tentang topik tersebut hingga siang dan terlupa atau menunda kerja. Bisa dibayangkan?

Jejangan, tanpa disadari kita pelan-pelan membangun "tembok penjara". Entah itu, untuk diri pribadi atau buat orang lain. Makna penjara, tak lagi kurungan fisik. Tapi sudah ke ranah psikis. Anggaplah, ini kiramologiku saja. Dan semoga ini salah, ya?

Kerangkeng dan penjara dirancang untuk menghancurkan manusia, untuk mengubah populasi menjadi spesimen di kebun binatang - patuh kepada penjaga kita, tetapi berbahaya satu sama lain. Angela Davis

Demikianlah. Aku hanya berbekal quote, ya. Maafkanlah. Hayuk salaman...

Curup. 30.04. 2019
zaldychan [ditulis untuk Kompasiana]
Taman Baca

medium.com | historia.id | wikipedia.or | jagokata.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun