Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Power of Love" [13]

7 Februari 2019   11:41 Diperbarui: 8 Agustus 2019   09:22 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pukul Tujuh. Bus Palapa berhenti. Di Terminal Andalas Padang. Aku turun. Berjalan menuju pintu keluar. Seberangi jalan hentikan angkot putih tujuan Labor. Tak lama. Usai membayar angkot. Ibu kostmu menyambutku. Tersenyum dan bertukar salam.

"Nunik barusan ke kampus!"
"Iya, Bu."
"Pagi ini ada mid semester!"
"Ooh!"
"Hayuk. Duduk dulu! Dari Curup, kan?"
"Langsung pamit, Bu!"
"Eh? Gak minum dulu?"
"Makasih, Bu."

Aku berjalan kaki. Menuju Simpang Tunggul Hitam. Menghentikan bus kota jurusan Khatib Sulaiman. Berhenti. Persis di depan Bank Indonesia. Untuk naik kembali bus Kampus Unand. Turun di Simpang Anduring. Menelusuri gang. Menuju rumah juragan kosku. Bertukar sapa dan cerita Sebentar. Dan segera mengambil kunci kamar. Nyaris dua minggu ditinggal.

Kukira tertidur. Ketika pintu kamar digedor. Suara ibu kos menyebut namamu. Aku terkejut melirik jam. Hampir jam dua! Kau sudah menunggu di ruang tamu. Agak sedikit lama. Ibu kostku menemanimu dan segera pergi. Saat kutemui dirimu. Senyummu menyapaku. Bertukar salam. Tak ada tangan kananku di dahimu. Tak ada tangan kiriku usap kepalamu. Aku tahu, kau pun aku malu lakukan itu. Ibu kos masih berdiri. Di depan pintu. Kau menatapku.

"Makan, yuk..?"
"Eh..."
"Nik Masak tumis kangkung!"
"Hah!"
"Tapi tak seperti buatan Amak!"
"Haha..."

Kuacak kepalamu. Segera ke dapur. Mengambil piring gelas dan sendok. Harus kucuci dulu. Jadi sia-sia, saat kembali. Meja kecil di ruang tamu sudah siap saji. Kau tersenyum nyaris tertawa. Tanganku masih memegang peralatan makan. Tergantung di udara. Kau anggukkan kepalamu ke arah meja. Aku tahu, harus segera makan. Tumis kangkung pedas. Itu menu spesial bagiku. Amak selalu buatkan itu untukku.

Siang ini, kau buatkan untukku. Hasil kursus singkatmu pada Amak. Pada hari jelang berangkatmu ke Bengkulu. Kau hanya ingin menemani. Tak ikut menikmati.

"Nik yakin. Abang pasti masih tidur!"
"Haha..."
"Kurang pedas, ya?"
"Hehe..."
"Gimana rasanya?"
"Rasanya?"
"Seperti buatan Amak?"
"Tidak!"
"Abaaang!"

Segera kuhabiskan. Dan selesaikan makanku. Wajah kusutmu, terpampang untukku. Aku tertawa. Kau sengaja pasang wajah seperti itu. Agar aku segera mengubah. Kata tidak menjadi "iya". Takkan kulakukan itu!

Nik...! Kau harus tahu. Jika kau seperti Amak. Kau bukan Nunikku!

#Nik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun