setiap pagi, kurasakan hadirmu. acapkali ayun kakimu terburu  mengejar waktu. terkadang langkahmu serasa lenggak lenggok pramugari atau gemulai berwibawa bak ratu. seperti namamu.
dan, seusai dzuhur aku akan melihatmu kembali. kau lupakan pesona pramugari pagi. tak lagi melangkah, tapi berlari hindari terik mentari tengah hari.Â
sore hari pun, aku akan menjumpaimu. seragam merah putihmu berganti seragam mengaji, gaun berwarna biru. aku merindukan saat hujan menyapamu. langkahmu perlahan, khawatir butir hujan membasahi gaun birumu.Â
bertahun lalui waktu. kukira, seragam merahputihmu, sudah berganti putih abu-abu. aku pun menitip tanya, masihkah kau kenakan gaun berwarna biru.Â
aku kehilanganmu. tak lagi menyaksikan lenggak-lenggok pramugari atau gerik gemulai bak ratu seperti namamu. kau menghindariku. sejak gerobak tahu Mang Yanto halangi langkahmu.Â
hari ini aku mengenangmu. tapi kau tak mengenalku. aku kehilangan ratuku.Â
Curup, Â 22.01.2019
Hari Trotoar Sedunia?Â