Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Bukan) Debat Kedai Kopi

10 Januari 2019   01:00 Diperbarui: 10 Januari 2019   01:41 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara instant kubuka gudang arsip Mbah G.  Kuketik keyword "debat". Berseliweran arti, makna, konsep, strategi dan akibat dari kata itu. Kucomot beberapa dan menyigi artinya. Biar, jika diajak bercerita. Kumiliki referensi bekal diri. 

garis lurus dari makna debat, dituliskan sebagai kegiatan "bertukar argumentasi atau adu alasan" untuk mempertahankan pendapat masing-masing.

Berpijak dari definisi itu. Ada baiknya, lupakan jika ingin mencari kebenaran. Karena fungsi dan tujuan dari debat bukan kebenaran. Tapi kepuasan ketika merasa sudah ajukan alasan "lebih berbobot" dari kawan atau lawan berdebat. Boleh saja tak sepakat tentang ini. 

Apatah lagi, debat kusir! Dianggap Adu alasan tak jelas ujung dan pangkal. Padahal sudah melekat jabatan Pak Kusir yang pegang kendali! Kategori ini banyak dihindari kasta intelektual. Tapi disukai kadet intelektual. Katanya, untuk memupuk identitas diri yang bermuara pada eksistensi pribadi. 

Di kampungku. Kegiatan debat, biasa dilakukan di kedai kopi. Saat pagi atau malam hari. Topiknya apa saja, tanpa kisi atau janji. sesiapa pun boleh unjuk suara. Tak penting hal itu disebut debat kusir atau tidak. Pun berakhir dengan gelak tawa atau sesekali bermerah muka. Selesai seiring batas waktu atau bersisa ampas di gelas berkopi. Dan kembali terulang esok hari. Kucari dan kubaca, debat jenis dikampungku itu. Tak ada dalam gudang arsip Mbah G. 

Yang ada, adalah debat kompetitif semisal lomba di sekolah atau universitas. Dengan panitia sediakan materi pro-kontra serta dikendalikan juri sebagai pemutus akhir lomba. Kemudian debat formal, seumpama riuh ditambah bonus kisruh perjuangan antar wakil rakyat di parlemen. Terkadang berakhir dengan voting. Ada lagi debat kandidat semisal jelang pemilu presiden. tanpa juri dan tanpa voting juga tanpa kusir. Biasanya berakhir dengan kursi. 

kiramologiku bersaksi. Aksi debat yang ada di kedai kopi kampungku tak kan pernah masuk rumus Mbah G! Karena dilakukan tiap hari, sambil minum kopi dan tak pernah temui kata akhir dan hasil. 

Berbeda dengan yang dipaparkan oleh Mbah G, dianggap lebih bernilai! Mungkin saja, gegara dilakukan sesekali. Jadi bergengsi. Dan ada putusan. Semisal di sekolah atau universitas keputusan di tangan juri. Di parlemen pada Putusan voting atau di pemilu presiden berujung kursi 

Aikh...! Kurasa virus kelirumologi sedang jangkiti fikuranku...! 

10.01.2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun