Mohon tunggu...
Zaldy Zaldy
Zaldy Zaldy Mohon Tunggu... -

Rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersiasat

12 Oktober 2012   09:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:54 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin karena nafsu politik yang tertahan begitu lama di masa orde baru, maka begitu rezim tersebut jatuh hiruk pikuk kebebasan begitu membahana seentero Indonesia. Inilah era kekebasan, era politik bagi kita semua. Maka tumbuhlah parpol dan ormas dengan berbagai ragam coraknya. Saatnya bersuara dan berpolitik dan saatnya pulalah untuk bersiasat. Yah bersiasat, karena bagaiman mungkin berpolitik tanpa bersiasat. Kalau berpolitik tanpa siasat yang terjadi adalah babak belur bagi kita,karena semua bersiasat sedangkan kita tidak, maka jauhlah kekuasaan ditangan. Bersiasat pada tingkatan tertentu berarti tindakan tipu muslihat, tindakan yang mengangkangi kebenaran. Ada orang yang begitu bangganya ketika siasatnya berhasil,padahal langkahnya mengarah pada dosa dan neraka karena siasatnya dibungkus dengan pikiran yang gelap dan hati yang keji. Siasatnya bukan hanya dapat menghancurkan lawannya, tapi pula organisaasi dimana ia berada.

Kalau demikian apa salahnya kondisi ini, toh dinegara-negara maju pun politik dan demokrasi yang mereka bangun telah menuah hasil keadilan dan kesejahteraan. Yah disana. Kenyataanya lain disini. Hasrat berpolitik dan keinginan bersiasat kenyataanya tidak hanya milik partai politik,kenyataannya dinegeri ini semua orang berusaha untuk  bersiasat untuk segala hal. Kalau lembaga seperti parpol orang-orangnya saling bersiasat untuk  menjatuhkan, merebut kekuasaan ini masih wajar dalam pemahaman kita, namun kalau tipu muslihat dan siasat dibangun dan dikembangkan dilembaga penegak hukum, dunia pendidikan maupun olehraga, apa kata dunia?. Inilah kenyataan yang kita hadapi sehari-hari, yang pada akhirnya membuat kita bingung.  Manusia bersiasat adalah biasa. Namun bila siasat itu terjadi di dunia hukum,akademis dan olahraga,maka para pemimpin yang bersiasat itu sama dengan ”berpolitik”.

Lembaga penegak hukum dibentuk untuk menegakan hukum dan keadilan, inilah nilai utama mereka. Inilah hal yang harus dijalankan mereka, diluar itu mereka dilarang untuk bersiasat didalam menegakanan hukum. Patokan hukum dan keadilan harusnya itulah satu-satunya yang  ada dipikiran para aparat  hukum di Indonesia. Bukan bersiasat. Sebuah lembaga penegak hukum yang kini sedang heboh diberitakan, kenyataan main siasat. Yah Kepolisian Indonesia main siasat menghadapi kasus korupsi yang dihadapi petingginya. Siasat mereka adalah  bagaimana menganggu proses penyidikan yang sedang dilakukan KPK. Siasat mereka pun bermacam-macam mulai dari menarik tiba-tiba penyidiknya yang ada di KPK, menteror penyidik KPK dari unsur mereka sendiri sampai keberanian mereka untuk datang secara tiba-tiba ke gedung KPK untuk menangkap penyidik utama kasus yang membelit petinggi polri. Untungnya masyarakat tahu, bahwa institusi penegak hukum ini sedang bersiasat dan masyarakat bertahan demi kebenaran dan keadilan. Langkah mereka untuk terus bersiasat mungkin akan terus membesar, jikalau desakan rakyat terhadap presidennya tidak berhasil. Gong pernyataan presiden, menghentikan siasat mereka.

Adapula adu siasat di lembaga pendidikan, adu siasat ini terjadi didalam hiruk pikuk institusi sebesar UI. Seharusnya UI  mampu menunjukan diri sebagai institusi pendidikan  yang menjadi contoh bagaimana mengelola kekuasaan secara baik, bukan sebaliknya. Hiruk pikuknya pernyataan, perdebatan didalam perebutan kekuasaan orang nomor satu di rektorat, jelas membuat masyarakat bingung. Sebuah lembaga yang seharusnya mengedepankan kecendikian dan nurani dikotori adu siasat antara para petingginya. Sebenarnya ukuran utama didalam menilai keberhasialan kepemimpinan dilembaga pendidikan ini jelas yaitu kepercayaan. Kalau di lembaga politik orang masing dapat mempermain-mainkan kepercayaan, seharusnya disebuah lembaga pendidikan yang menutamakan kebijakan, akal sehat, nurani dan kecendikian masalah kepercayaan adalah unsur yang utama. Kalau sebahagian masyarakat kampus tidak percaya terhadap rektornya dan ketidakpercayaan itu menimbulkan konflik yang dalam, rektor sebagai pemimpin tertinggi dan sebab yang diutamakan dari konflik ini seharusnya mengedapkan nuraninya untuk legowo mundur, bukannya malah bersiasat. Ketika Rektor bersiasat maka hal ini mendorong pihak yang lainpun bersiasat. Seharusnya ketika kepemimpinan yang bersandarkan nurani dikedepankan di UI, masalah dinternal UI telah selesai dan tidak berdampak pada berlaut-larutnya pemilihan rektor UI.

Ada pula adu siasat yang menyesakan dada rakyat di Indonesia. Kisruh PSSI. Dunia olahraga yang seharusnya menampilkan fairplay dan kejujuran dikotori oleh adu siasat yang benar-benar memuakan oleh sekelompok orang yang kalah didalam memperebutkan kekuasaan. ketika kekuasaan mereka telah lama bercokol, dan meraka dengan terpaksa keluar dari gelanggang kekuasaan yang mungkin telah memberikan banyak manfaat sepertinya mereka tidak rela,mereka seperti lupa bahwa mereka ada didunia olahraga bukan politik . Maka bersiasatlah mereka bagaimana merebut kembali kekuasaan. Mereka kalap dan menyikapi kesalahan lawan yang baru menjalankan organisasi seumur jagung, sebagai sebuah senjata mematikan. Mereka membesar-besarkan kesalahan lawan dan mengabur-ngaburkan kesalahannya sendiri. Padahal ketika mereka berkuasa disepakbola mereka juga semau gue , kesalahan meraka sangat banyak dan lama mulai dari tidak transparan dalam pengelolaan sepak bola,otoriter sampai prestasi yang tidak pernah ada. Namun karena  mereka selalu bersiasat,dibekingi petinggi partai ditambah dana yang besar dan pemanfaat media  mereka mampu bertahan lama, sampai akhirnya kemuakan rakyat begitu besar untuk menurunkan mereka. Siasat-siasat yang mereka jalankan bagaikan permainan politik yang mengasyikan, ketika angin ke mereka maka intensitas serangan mereka begitu besar, ketika angin seolah menjauh mereka sepertinya memiliki keinginan baik untuk rujuk  sambil tentunya terus mempelintir informasi. Kalau mereka diberi kesempatan untuk mengelola PSSI begitu lama, mengapa orang yang baru mulai diganggu terus dengan berbagai alasan. Kalau mereka jujur dan ingin mengembangkan sepakbola Indonesia seharusnya mereka mendukung pengurusan yang sekarang dan pada waktu yang tepat mengambil alih roda organisasi kembali. Siasat-siasat mereka bukan hanya merugikan organisasi sepakbola tetapi juga rakyat Indonesia.

Siasat adalah hal yang lumrah dilakukan manusia, namum ketika manusia berada didalam organisasi yang identitasnya bukan organisasi politik tetapi organisasi yang terbentuk karena ingin menegakan nilai kebenaran, kecendekiaan dan kejujuran seharusnya para pemimpinnya mampu mengerem ego pribadi dan kelompoknya untuk tidak melakukan siasat-siasat buruk dengan menyebarkan virus tipu muslihat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun