Catatan Singkat Jember International Coffee Conference 2017
 Coffee for Social Welfare. Tentu tidak berlebihan jika panitia mengangkat isu kopi dan kesejahteraan sebagai tema utama Jember International Coffee Conference (JICC) 2017. Betapa tidak, salah satu komoditas peninggalan zaman kolonial ini masih menjadi primadona sebagai penyumbang devisa negara selain kelapa sawit, karet, kakao dan kelapa. Data BPS menyebutkan bahwa, produksi kopi tahun 2016 mencapai 639.305 ton atau senilai Rp 14 triliun.Â
Periode januari-Agustus 2017, ekspor kopi sebesar 335.027 ton. Kopi ikut memberikan kontribusi surplus neraca perdagangan US$ 823 juta. Diprediksi, kebutuhan dunia terhadap kopi terus meningkat. Bahkan, di tahun 2020, The International Coffee Organization memprediksi bahwa akan terjadi defisit kopi 10 juta karung dengan perhitungan satu karung berisi 60 kg.
JICC 2017 yang diselenggarakan oleh Universitas Jember (Unej), 10 -- 11 Nopember 2017, salah satu tujuannya adalah bagaimana mengupayakan pengembangan riset lebih lanjut sehingga bukan hanya bagaimana meningkatkan produktivitas tapi juga harus ada nilai tambah lain dari kopi.
 Secara keseluruhan, luas areal perkebunan kopi Indonesia adalah 1,23 juta ha, dan 1,19 ha adalah perkebunan rakyat dengan produktivitas 0,6 ton/ha. Hal ini sangat berbeda dengan Vietnam, yang hanya memiliki luas areal perkebunan 589 ha namun produktivitasnya bisa mencapai 4 kali dari Indonesia, yaitu 2,3 ton/ha. Karenanya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mematok target bahwa produktivitas kopi tahun 2018 harus 1,0 ton.ha atau nomor dua di dunia.Â
Target yang dicanangkan ini sangat mungkin terealisasi asalkan program replanting untuk mengganti tanaman kopi yang produktivitasnya sudah menurun dilaksanakan dengan baik selain dengan penerapan budidaya yang sesuai dengan Good Agricultural Practices (GAP). Apalagi, Wakil Rektor I Unej Zulfikar menegaskan dalam sambutannya di depan peserta JICC 2017 , bahwa Unej siap untuk menjadi partner yang bisa diandalkan dalam menggali, mengembangkan dan menciptakan kreativitas komoditas kopi dengan dukungan penelitian yang multi interdisipliner dari berbagai sisi.
Komitmen yang ditunjukkan Unej ini sudah barang tentu menambah dukungan untuk mewujudkan Indonesia sebagai produsen kopi nomor dua di dunia apalagi jika kawasan lereng Gunung Argopro di Jember bisa dioptimalkan untuk pengembangan kopi karena kontribusi Jember terhadap total produksi kopi Jawa Timur terutama kopi robusta hanya sekitar 2.845 ton.
Semoga langkah untuk mengembalikan kebangkitan kopi Indonesia bisa diikuti oleh perguruan tinggi lain karena faktor riset dan pendampingan petani tidak bisa diserahkan hanya kepada Kementerian Pertanian saja tapi pihak lain terutama perguruan tinggi dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat-nya tentu harus dilibatkan.