Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Wasiat dari "Guru" Si Pelaku Bom Bunuh Diri

28 Mei 2017   21:35 Diperbarui: 28 Mei 2017   21:53 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surat Wasiat dari “Guru” Si Pelaku Bom Bunuh Diri
Oleh: Zaki Mubarak

Saya tidak menduga, bahwa analisis saya tentang “Bom Bunuh Diri dalam Perspektif Keguruan” berbuah surat wasiat dari guru pelaku bom bunuh diri (BBD). Memang tujuan pada tulisan awal bahwa tulisan itu disengaja untuk mengkritik guru, dimana selama ini saya selalu membelanya. Ya itung-itung auto-kritik. Namun, surat wasiat ini mencengangkan saya. Dalam surat itu dikatakan bahwa saya tidak begitu adil dalam memandang. Saya telah dholim kapada mereka. Walaupun disebutkan mereka bahwa saya membuat sebuah solusi untuk menjadi guru yang tidak membunuh dirinya, namun itu tidak cukup. Jadi munculah surat wasiat ini.

Izinkan saya menuliskan kembali surat wasiat ini. Surat wasiat ini sangat panjang dan berlembar-lembar. Saya lihat surat itu semacam curhat yang mendalam tentang kondisi guru saat ini yang terpaksa bunuh diri. Surat ini tidak cukup saya sajikan dengan lengkap. Maafkan saya. Bila saya klasifikasikan, ada tiga objek tujuan surat itu; pemerintah, sekolah dan masyarakat. Saya tidak melihat siswa sebagai objek dari surat wasiat itu. Untuk itu mari kita baca kembali sinopsis dari tulisan panjang itu hanya untuk Anda. Lets get it on!

Pertama Surat wasiat untuk pemerintah. Kami akui bahwa kami adalah guru yang telah membunuh. Melalui BBD kami bisa mengaktualisasikan kekecawaan kami terhadap pemerintah. Kami akui bahwa dua hal besar yang menjangkit kami yang membuat kami melakukan BBD. Dua hal itu yakni; (a) ketidak siapan hidup dan (b) tidak bisa bersaing adalah hal yang tidak bisa dipungkiri dalam diri kami. Tapi izinkan kami untuk mengeluh atas suasana bathin yang menggelora dan tidak bisa tahu kepada siapa kami obrolkan. Wahai pemerintah, kami para guru BBD, ingin menunjukan bahwa selama ini ada hal yang tidak kami sukai atas kebijakan Anda.

(1) kebijakan ekonomi. Kami tahu negera ini belum maju, kami pun tahu bahwa negara ini terlilit hutang, tapi kami tahu bahwa 20% anggaran APBN itu adalah untuk kami pemangku pendidikan di negeri ini. Bila sekolah dan fasilitasnya sudah lengkap, kami ingin sekali meneguk susu APBN bagian kami. Tolong, anggarannya jangan di potong-potong. Tolong para elit politisi jangan mencampur adukan kepentingan syahwat kekuasaanmu dengan uang kami. Tolong beri kami perlindungan yang lebih. Bila kami PNS, berikan kami penghargaan yang lebih untuk sebuah pengabdian kepada negara, dan tingkatkan jumlah gajinya. Jika kami yang bukan PNS, tolong sisihkan sebagian uang negara untuk kami. Kami adalah potensi bangsa yang telah diperas untuk kebaikan negeri tapi susunya jangan kau minum sendirian. Ingatlah banyak guru honorer yang mati kelaparan gara-gara gaya korupsimu, gaya nepotismemu dan gaya urakanmu.

(2) kebijakan kerja. Seandainya kalian tahu, kami bekerja itu untuk memanusiakan manusia, bukan merobotkan manusia. Izinkan saya perkenalkan para siswa itu. Mereka manusia. Mereka misterius. Mereka secara mutlak dilahirkan berbeda. Mereka memiliki potensi yang beragam. Mereka memiliki talent, kebutuhan, keinginan dan latar belakang berbeda satu sama lainnya. Jadi tugas kami berat. Bila pemerintah membuat pekerjaan kami dari memanusiakan manusia diserobot dengan segala pekerjaan administrasi ala robotik, kapan kami mencintai mereka ala cintanya manusia. Kapan kami menyapa mereka, ketika kami 24 jam harus mengajar ala robot. Dimana kami bersua dengan mereka padahal finger print telah merong-rong kehidupan kami. Bagaimana kami bisa mencintai mereka padahal perut kami dan keluarga keroncongan sejak bangun tidur hingga kini. Pekerjaan kami berat, tolong jangan diperberat lagi dengan macam begitu.

(3) kebijakan transfer pengetahuan. Kami tahu bahwa pemerintah sangat antusias untuk memperbaiki sistem pendidikan kita, namun ingat bahwa pinternya top manajer pendidikan setingkat dirjen dengan staf ahlinya yang profesor itu tidak berbanding lurus dengan kondisi lapangan kami yang luar biasa banting tulangnya. Ilmu-ilmu baru yang digelontorkan menjadi hal baik bila kami di latih dengan menyesuaikan beban psikologis kami. Itu akan menjadi berarti manakala kami bisa mengerti bahasa menteri dengan bahasa kami. Yang jadi masalah adalah ilmu yang deras itu tidak bisa kami tangkap dan tidak disosialisasikan dan desiminasikan dengan sempurna. Lalu kalau Anda menyalahkan kami, apa tidak dholim Anda ini? Hanya BBD lah yang kami pilih. Anda pahamkan pak?

Kedua surat untuk sekolah. Siapapun Anda, apakah kepala sekolah, pengawas, kepala diknas, kasi mapenda, atau ketua yayasan, saya akan kabari bahwa kami para guru bukanlah manusia super yang bisa diperas otaknya dan dibiarkan perutnya keroncongan. Kebijakan yang diterapkan oleh Anda untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita baik adanya. Namun, bila kebutuhan kami tidak terpenuhi, maka sampai kapanpun sekolah Anda belum bisa kami maksimalakan kemajuannya. Ini adalah beberapa surat cinta kami untuk Anda para pengelola sekolah.

(1) didiklah kami untuk menjadi guru beneran. Bila kami mengajar, lihatlah kami mengajar ala teori supervisimu, bukan menyalahkan atau memarahi. Bimbinglah kami untuk meningkatkan diri bukan untuk membuat kami pesimis. Buat lah kami percaya kepada kalian agar kami menyandarkan asa keguruan ini pada kalian. Agar kami merasa tentram menjadi guru yang berkualitas. Jadikan kami partner dalam bekerja, bukan sebagai sapi perah yang perutnya tidak kau utamakan.

(2) penuhilah fasilitas sekolah. Kita tahu, untuk menjadi guru berkualitas kami membutuhkan kelengkapan sarana sebagai prasyaratnya. Jadikan sekolah laboratorium buat kami agar kami nyaman dan damai bekerja. Kami ingin seperti para profesor yang menikmati setiap detiknya di laboratorium. Kami ingin mendapatkan hasil penelitian yang berguna bagi kemajuan pendidikan. Kami ingin siswa kita bisa cemerlang dan berkarya seperti gurunya. Kalau tidak lengkap, mana bisa kami mengajar dengan baik? Mana bisa kami jadikan laboratorium? Mana bisa kami menghasilkan karya yang besar? Jadi, kami minta yang lengkap. Jangan lengkap hanya ketika mau akreditasi saja pa kepala!

Ketiga surat wasiat untuk orang tua. Wahai orang tua, sebelumnya kami minta maaf telah melakukan BBD. Bukan tanpa alasan pak, bu kami lakukan itu. Saya mau curhat tentang Anda orang tua atas perlakuan terhadap kami. (1) penghargaan anda telah terdistorsi kepada jumlah uang di pendaftaran. Penghargaan anda selebar kwitansi SPP yang sangat kecil. Kami tidak melihat Anda menghargai kami seperti menghargainya kepada para Kyai. Anda keterlaluan. Anak Anda kami didik, tapi anda nyatakan bahwa itu sudah cukup terbayarkan dengan SPP. Saya malu atas harga diri yang Anda bayarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun