Mohon tunggu...
Zaki Fahminanda
Zaki Fahminanda Mohon Tunggu... Lainnya - Honesty is a very expensive gift. Do not expect it from cheap people

Kombinasi Semangat dan Etika

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Membuka Objek Wisata Ketika Pandemi Masih Melanda

5 Juni 2020   11:44 Diperbarui: 12 Juni 2020   23:16 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO)

Dampak pandemi ini memang tidak main-main. Dengan menurunnya kunjungan wisman ke Indonesia, akhirnya menghasilkan dampak berantai bagi beberapa sektor perekonomian, tidak terkecuali bidang pariwisata.

Kita hitung saja, seperti bidang biro perjalanan wisata. Banyak terjadi pembatalan rencana perjalanan wisata yang telah diagendakan sebelumnya.

Pembatalan tersebut mengakibatkan biro perjalanan wisata terpaksa mengembalikan uang  para konsumen dan terkadang tidak mendapatkan kompensasi dari tiket hangus yang sudah dipesan sebelumnya .

Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Pauline Suharno menyebutkan bahwa total kerugian seluruh perusahaan travel di Indonesia sampai akhir Februari lalu, sudah mencapai Rp. 4 Trilliun.

Setelah biro perjalanan, yang paling merasakan dampaknya adalah bidang perhotelan. Hotel yang sering mengandalkan dukungan dari biro perjalanan , dengan tidak ada support dari biro perjalanan, tingkat hunian hotel jauh lebih berkurang dari pada sebelumnya.

Di Provinsi Bali, sebagai daerah dengan tingkat kunjungan wisman tertinggi, tingkat hunian hotel pada saat sekarang ini mencapai kondisi terburuk sepanjang masa dengan capaian o% (zero). 

Kondisi ini lebih parah dari tragedi Bom Bali I dan II yang masih bisa mencapai 20 %, ataupun bencana erupsi Gunung Agung yang mencapai 60% (Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kab. Badung).

Dampak dari tingkat hunian tersebut tentu pada kegiatan operasional hotel. Jika tamu tidak ada, tentu kegiatan operasional tidak bisa dijalankan. Efeknya, hotel bisa mati suri, bahkan bisa bangkrut/tutup.

Secara nasional, disampaikan oleh Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani, sejak april 2020 bahkan tercatat sudah 1.226 Hotel di seluruh Indonesia yang tutup. Penutupan hotel tersebut juga berimbas pada karyawan-karyawan mereka, yang sudah pasti dirumahkan.

Jika per hotel ada 50 orang karyawan, berarti ada sekitar 61,300 orang yang tidak memiliki pekerjaan saat ini. Hitungan kasar ini, masih khusus bagi tenaga kerja di bidang perhotelan saja, belum termasuk di bidang pariwisata lainnya yang kemungkinan lebih besar lagi.

Sektor selanjutnya adalah penyewaan kendaraan. Banyak para pengusaha rental kendaraan yang kesulitan untuk membayarkan cicilan kendaraan mereka yang tidak beroperasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun