Mohon tunggu...
Zaki Dzulfikar
Zaki Dzulfikar Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance, Copywriter, Frontend Web Developer

'"yang tenang... yang sopan... kuasai keadaan... pelan tapi pasti"

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Revolusi AI: Transformasi Lingkungan Kerja

5 Juni 2023   23:20 Diperbarui: 5 Juni 2023   23:40 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Pada awalnya, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) digunakan dalam bidang ilmu komputer dan penelitian akademis. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, kecerdasan buatan (AI) telah merevolusi berbagai sektor, terutama dalam sektor industri.

Kecerdasan buatan (AI) dalam bidang industri telah mengubah cara perusahaan beroperasi. AI memberikan kemampuan untuk otomatisasi proses, analisis data yang canggih, dan pengambilan keputusan cerdas berdasarkan pola yang teridentifikasi. Dalam industri manufaktur, AI dapat meningkatkan efisiensi produksi, mengoptimalkan rantai pasok, dan mendeteksi cacat produk. Selain itu, di sektor layanan, AI dapat membantu menganalisis data yang besar, memanajemen risiko, dan mengembangkan strategi pemasaran.

Dengan kemampuannya untuk memproses data secara akurat dan cepat, AI membantu perusahaan mendapatkan wawasan yang penting dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. Melalui penggunaan teknologi AI yang cerdas, sebuah industri dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas produk dan layanan yang ditawarkan.

Namun, dibalik kemegahan AI, terdapat beberapa dampak negatif dari adanya pengadopsian AI dalam bidang industri, salah satunya penurunan tingkat pekerjaan. Implementasi otomatisasi dan robotika berbasis AI dapat menggantikan pekerja manusia dalam tugas-tugas yang monoton atau berulang.

Seperti contoh, dalam sektor manufaktur, robotika dan sistem otomatisasi berbasis AI dapat mengambil alih tugas-tugas produksi yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Dampak ini juga dirasakan di sektor layanan, di mana chatbot dan asisten virtual dapat menggantikan peran customer service dalam menangani berbagai pertanyaan dan permintaan pelanggan.

Meningkatnya otomatisasi ini dapat memicu perubahan kebutuhan tenaga kerja. Selain itu, pekerja harus beradaptasi dengan keterampilan baru yang diperlukan dalam lingkungan yang didominasi oleh AI. Sebagai hasilnya, pekerja perlu mengubah keterampilan mereka untuk dapat bersaing dalam pasar kerja.

Untuk mengatasi dampak tersebut, perlu adanya pendekatan yang berfokus pada pengembangan keterampilan manusia. Program pelatihan dan pembelajaran diperlukan dalam mengembangkan keterampilan pekerja agar relevan dengan era AI, seperti keahlian dalam pemrograman, analisis data, atau manajemen proyek teknologi.

Ditambah lagi, perlu adanya upaya kolaboratif antara pihak pemerintah, industri, dan institusi pendidikan untuk memastikan adanya keselarasan antara kebutuhan tenaga kerja dan perkembangan teknologi AI. Hal ini melibatkan pengembangan atau bahkan perubahan kurikulum pendidikan yang inklusif dan adaptif, serta mengenalkan program transisi pekerjaan yang memfasilitasi peralihan karir kepada pekerja yang terdampak.

Dengan cara ini, kita dapat mengurangi ketidaksetaraan keterampilan, meningkatkan mobilitas pekerja, dan mempersiapkan tenaga kerja untuk masa depan yang didominasi oleh AI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun