"Bila manusia melihat hikmah, rasa pahit adalah obat dan rasa manis adalah penyakit"
Pernahkah kamu merasa ragu terhadap banyak hal? Dan apa dampaknya?. Tidak sedikit diantara kita menjalani hidup dengan keraguan. Apakah itu ragu pada diri sendiri, pada orang terdekat bahkan ragu pada Allah SWT. Ragu pada diri sendiri dan orang lain sering dianggap maklum tetapi ragu kepada sang pencipta ini yang tidak biasa.
Mengapa manusia meragukan dirinya dan kemampuan Allah SWT yang mampu menciptakan dan menjadikan segalanya menjadi ada?. Apa saja dampak yang ditimbulkan ketika kita meragu?, filosofi rasa.
Penyebab Keraguan Terjadi Â
Kita sama-sama mengerti bahwa keraguan menyebabkan kehidupan menjadi stagnan. Menurut KBBI meragu adalah mengacau dan mengganggu, bisa diartikan bahwa pikiran kita diganggu oleh berbagai informasi yang terus menerus terproses di dalam otak kita sehingga mengacaukan keyakinan terhadap diri sendiri dan orang lain bahkan kepada Allah SWT.
Meragu menyebabkan kita menjadi sulit untuk fokus dan melakukan hal apa yang seharusnya dilakukan dan dipercaya. Apakah sebahaya itu pikiran kita?, ya. Bahkan pikiran bisa membunuh kita, membunuh fisik dan psikis.
Ragu terhadap kemampuan diri dan kesempurnaan yang diciptakan Allah kepada manusia atas akal dan semua yang ada di dalam tubuh ini. Pernahkah merasakan badan seperti akan demam tetapi tidak jadi karena kekuatan pikiran positif, orang yang sakit kanker bisa sembuh karena keyakinannya?, orang yang tidak mampu menjadi kaya raya karena disiplin dan percaya dengan kemampuannya?. Ini semua datang dari keyakinannya bahwa nasib bisa dirubah.
Seseorang yang meragukan kemampuannya sendiri karena sedang dikacaukan oleh pikiran dan informasi yang terus terulas di kepalanya. Apakah ini sugesti?, tidak juga. Sugesti adalah pembuka menuju "ruang", sedangkan keyakinan kita sudah berada pada "ruang" jiwa, itu mengapa kita harus berpikiran positif untuk bisa memberikan keyakinan kepada jiwa bahwa semua akan terjadi sesuai dengan upaya dan waktu.
Ketika kita berpikiran negatif kepada banyak hal terutama kepada diri sendiri dan Allah maka kita tidak akan mau melakukan apa-apa, merasa percuma dan seolah tidak akan membuahkan hasil. Percaya diri itu perlu dalam batas yang wajar, tanpa rasa percaya dengan diri sendiri akan mustahil mendapatkan apa yang kita inginkan. Hanya saja keraguan ini terjadi karena banyaknya kegagalan yang dialami.
Hanya Allah yang menciptakan sesuatu yang tidak pernah gagal karena Allah maha sempurna, sedangkan manusia kegagalan adalah proses untuk menjadi ahli di bidangnya. Tidak ada manusia yang lahir langsung ahli mengelola sesuatu, semua bermula dari proses belajar dan mengembangkan dirinya hingga menjadi mahir di bidang tertentu. Kegagalan itu terjadi karena manusia mau mencoba, tanpa mencoba, kegagalan memang tidak pernah didapatkan, selalu berada di zona nyaman dan mengikuti arus saja.