Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapakah Sahabat yang Paling Setia?

12 November 2022   11:20 Diperbarui: 12 November 2022   11:32 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber. Otak pikiran cara jiwa/shutterstock.

Saat individu mengalami permasalahan, biasanya ia akan mencari teman bicara untuk membantu atau sekedar berbagi persoalannya, apakah orang tersebut orang tuanya, sahabat, dan lainnya. Menuangkan segala kesedihan, kekesalan yang ada di dalam hati dan pikirannya agar terurai dan menemukan solusi. Tetapi ada seseorang yang ia lupakan dan sebenarnya paling dekat dengan dirinya.

Sering kita mendengar bahwa seseorang mengalami kekecewaan ketika ia mencurahkan segala persoalannya dengan penuh rasa percaya kepada seseorang yang telah dianggapnya sahabat tetapi berakhir dengan keributan dan kekecewaan yang dalam. Kekecewaan itu bukan saja mengakibatkan rasa sedih tetapi aib yang terbongkar sulit untuk diperbaiki karena rasa malu dan marah. Akhirnya berakhir dengan rasa putus asa, mengurung diri dan sulit bangkit untuk menata diri kembali seperti semula.

apa saja yang ada di dunia ini selalu mengalami perubahan termasuk diri manusia. perubahan yang ada di dalam diri ini juga mewarnai segala sikap dan menyikapi persoalan. Individu juga akan merasa sulit untuk menahan diri ketika ia mengalami emosi dan menahan rahasia dirinya maupun orang lain, alhasil semua rahasia yang ada akan terbongkar karena emosi yang bersifat turun naik yang ada di diri setiap manusia. itu mengapa manusia sulit dititipkan amanah kecuali orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya dari emosi negatifnya sendiri, bukan hanya persoalan rahasia tetapi kecenderungan manusia yang merasa lelah dengan persoalan orang lain yang datang padanya dan pada akhirnya memberikan saran tidak sepenuh hati dan tidak sesuai harapan.

Sebenarnya, siapa yang paling setia mendengarkan dan memberikan solusi pada diri yang sedang galau, diri yang ingin mendapatkan pencerahan dari setiap permasalahannya?. Apakah ia benar dan nyata?, bisakah kita menemukan solusi darinya dan bagaimana caranya agar kita bisa berbicara dengannya?, apakah suatu saat dia akan mengkhianati kita dan apa manfaat sering berbicara dengannya?. Berikut penjelasannya.

Siapa Sahabat yang Paling Setia itu?  

Kita tidak terlalu mengenali diri dan potensi yang ada di dalam diri, padahal manusia adalah semesta kecil yang berisi jantung yang memompa darah tiada hentinya untuk terus menghidupkan kita agar tetap bisa bergerak layaknya matahari yang terus menyinari bumi. Manusia memilik otak yang senantiasa dengan sukarela membantu kita menemukan solusi dan mencari serta menemukan apa saja yang kita butuhkan dan inginkan layaknya air yang mengalir dan terus menumbuhkan seluruh makhluk. Organ tubuh yang terus menjalankan fungsinya tanpa diperintah, semuanya berjalan secara otomatis (dikendalikan oleh bawah sadar) layaknya sungai-sungai yang mengalir, seperti laut dan anggota tubuh seperti bumi yang memberikan hasilnya kepada manusia dan tumbuhan yang memberikan penghijauan, penyerapan dan segudang manfaat kepada manusia .

Secara keseluruhan yang ada di dalam diri manusia ini dibungkus oleh tubuh fisik dan psikis (jiwa). Tentu saja kita tidak mengenalinya karena ia tidak terlihat oleh kasat mata selain dengan cara-cara khusus melalui teknologi. Kita hanya melihat apa yang telihat (fisik) dari permukaan saja seperti kedua mata, kaki dan tangan, telinga, rambut dan apa saja yang ada di wajah itupun dengan bantuan cermin. Kita sulit melihat ke dalam diri yang bersifat abstrak yaitu jiwa.

Pernahkah kita berbicara dengan diri sendiri dan seketika mendengar ada suara yang memberikan jawaban?. Pernahkah kita bertanya padanya apa saja yang kita butuhkan dan yang sesungguhnya kita inginkan?. Pernahkah kita mengadukan segala persoalanya pada diri sendiri?, kita selalu mencari teman bicara agar bisa secara nyata mendapatkan jawaban.

Kita menyangka bila berbicara dengan diri sendiri adalah sesuatu yang aneh dan mustahil. Siapa sebenarnya diri kita dan yang ada di dalam diri kita?, siapa sahabat setia itu?, dia adalah diri kita sendiri (jiwa). Ketika kita sedang sedih ia akan menenangkan kita dengan kalimat yang meneduhkan dan mengajarkan kita kesabaran. Ketika kita ingin membalaskan dendam dia akan mengatakan jangan dilakukan karena itu perbuatan sia-sia dan hanya kepuasan sesaat kemudian menyesal.

Saat kita sedang bingung dia akan bersuara memberikan jalan keluar satu demi satu untuk kita jalankan. Asalkan kita mau mendengarkan dan menerima solusi darinya. Apakah demikian hebatnya "dia" itu?, tentu saja. Karena dia yang paling mengenal diri kita melebihi orang tua kita sendiri. Sayangnya, kita enggan atau mungkin tidak mengetahui bagaimana caranya agar kita bisa berbicara dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun