Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dampak Toxic Positivity

28 Juli 2021   09:35 Diperbarui: 29 Juli 2021   10:44 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi toxic positivit| Sumber: JComp/Freepik.com via parapuan.co

Kalimat provokatif  di atas diiringi dengan kalimat positif seperti "saya turut berduka atas apa yang terjadi dengan keluarga ibu, semua sudah kehendak Allah" atau "iya, dia memang tidak bisa memahami kita, tapi biar bagaimanapun ia bagian dari keluarga kita yang harus kita sayangi dan lindungi". 

Kalimat tersebut mengeluarkan emosi negatif dari alam bawah sadar dan mengaktifkan otak analisisnya yaitu alam sadarnya sehingga ia akan sadar apa yang harus dilakukannya, kalimat meneduhkan dapat menurunkan frekuensi otak manusia.

Bicara tentang Allah SWT, Tuhan semesta alam tentu kita harus berada di gelombang otak kanan dan kesedihan berasal dari memori cerebrum kanan dan amygdala, Allah SWT dan kesedihan manusia sama-sama berada di gelombang otak kanan, memudahkan kita memahami kehendak Allah. 

Kalimat ini baik bagi orang yang sedang mengalami kesedihan akibat kematian keluarga dan sahabat yang berhubungan dengan jantung atau perasaanya. Berlaku sebaliknya ketika individu mengalami emosi yang bersifat menganalisis diberikan kalimat yang berhubungan dengan Allah maka otak kirinya akan menolak dan akan semakin marah dan putus asa seolah Allah tidak adil kepadanya.

Emosi negatif berupa kemarahan cenderung bersifat menganalisis dan mengakses memori bagian kanan untuk mengeluarkan data sebagai penunjang kemarahannya dengan mengingat-ingat kesalahan orang lain di masa lalu dan akan menolak dengan keras bila kita membicarakan kuasa Allah. 

Itu sebabnya ketika kita menenangkan orang yang sedang marah yang terjadi kita malah dimarahi olehnya. Kemarahan tersebut tidak terlepas dari pikirannya lalu kita memotivasinya dengan kalimat maka emosi itu bukan reda tapi malah berkobar dan mulai menyalahkan kita.

Sibuknya gelombang otak beta pada cerebrum kiri yang selalu bersifat menganalisis dan membicarakannya, membuat emosi semakin membesar dan menimbulkan dendam kepada orang lain. 

Pada saat ini kalimat positif yang bersifat memotivasi akan tertolak dengan mulus. Sehingga kalimat tersebut menjadi toxic positivity baginya dan menjadi anti dengan kalimat motivasi, ia akan mengatakan "orang lagi kesel disuruh sabar, iya saya tahu harus sabar tapi gimana dengan emosi saya?".

Setelah terlepas dan tereduce maka semua memori negatif itu akan terurai dan level emosi mulai naik menuju semangat, lalu menerima, damai dan ikhlas. Memori alam bawah sadar yang telah bersih dari emosi negatif akan mudah menerima peristiwa dan mulai memahami sebab akibat. 

Kalimat positif dari sahabat dan kerabat akan mudah tercerna dengan baik, sehingga ia mampu menerapkan kalimat positif tersebut ke dalam kehidupannya.

Proses Pemahaman Pola Pikir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun