Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Informasi Hoax dalam Peribahasa

9 Juni 2021   12:08 Diperbarui: 9 Juni 2021   12:14 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peribahasa merupakan perwakilan dari suasana hati atau kejadian yang dialami manusia. Menyiratkan beragam hal dan peristiwa umum maupun pribadi. Membuka cakrawala pikiran, emosi negatif dan positif seseorang.

Peribahasa dapat disematkan kepada kepribadian dan perilaku manusia. mewakili tabiat dan pola hidup. Peribahasa mengelilingi sisi kehidupan manusia dan kerap terlihat di sekitar kita yang selalu berkenaan dengan sikap dan menyikapi. Seperti berita hoax yang acap kali terjadi di kehidupan zaman sekarang, seolah fitnah menjadi trending topik, bukan lagi menjadi hal yang tabu.

Banyak berita hoax yang beredar di media sosial, lingkungan rumah, kantor, dan tempat lainnya, sama halnya dengan penyebaran fitnah kepada seseorang yang tidak bersalah. Menuntut kita untuk lebih berwawasan dan lebih cerdas dan bijak juga teliti dalam menerima serta mencerna informasi (tidak menelan bulat-bulat) informasi yang ada. Bagaikan "ikan terkilat,jalan tiba", sangat pandai dan tajam dalam menangkap perkataan orang, baik itu dalam hal menerima dan membicarakan berita baik atau tidak.

Jangan sampai gara-gara berita hoax menjadi mudah terprovokasi oleh informasi yang sebenarnya tidak ada. Hanya diada-adakan sehingga menimbulkan "ikut hati mati,ikut mata buta", jika selalu menuruti nafsu, akhirnya akan mendapat celaka. Merugikan diri dan tidak dapat mendengar nuraninya sendiri karena buta segalanya.

Ketika hoax beredar tanpa perasaan bersalah seperti "menjual petai hampa" artinya: membual, beromong kosong, merugikan pihak lain demi meramaikan suasana. Akan terlihat tipe dan jenis kepribadian dari setiap pembicaraan dan bualannya di depan umum. Sangat disayangkan bila kita menjadi seseorang yang "memancing di air keruh", mencari keuntungan dalam perselisihan.

Cermat Dalam Menyebarkan

Saya sangat prihatin mendengar dan membaca berita mengenai orang yang berniat tulus menolong orang lain, tetapi yang didapatkannya malah penghinaan dan berita hoax yang tidak mendasar. "ombaknya kedengaran pasirnya tidak kelihatan", terdengar beritanya tetapi belum ada buktinya. Alangkah baiknya bila "pandang jauh dilayangkan, pandang dekat ditukkikan", selidiki terlebih dahulu.

Berita hoax tentang orang yang masih hidup dikatakan sudah meninggal, membelokan informasi sepihak dan bersifat tidak pasti menjadi sesuatu yang pasti dan seolah benar adanya. Tentunya kita tidak ingin hal yang serupa terjadi kepada kita "terpanggang di abu hangat", mencampuri sesuatu atau urusan orang lain yang malah menyusahkan diri sendiri. "tak emas bungkal diasah", tidak peduli apapun diperbuat, asal tercapai maksudnya.

Memang penting memiliki rasa empati dalam hati masing-masing manusia agar dapat merasakan bagaimana bila kita atau keluarga kita yang diperlakukan seperti itu, tentu kita tidak akan melakukannya. Warna warninya kepribadian mendominasi alam ini, ada yang empath dan non empath. Namun tidak berprinsip menjadi "duri dalam daging", tidak melakukan sesuatu yang menyakitkan hati atau mengganggu pikiran orang lain.

Hoax berakibat "Karena nila setitik rusak susu sebelanga", karena satu kesalahan rusak seluruh kebaikan. Sering kali kita menemukan hal seperti ini di masyarakat atau dalam keluarga kita sendiri. Hanya karena 1 kesalahan saja seluruh kebaikannya seolah tak terlihat dan terhapus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun