Mohon tunggu...
Zainur Rahman
Zainur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Surabaya

"1 Peluru hanya bisa membunuh 1 orang, namun 1 tulisan bisa mempengaruhi jutaan orang" Mahasiswa - Hukum Keluarga - UIN Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Aku Harus Berbohong ke Orangtua

4 Juli 2022   11:21 Diperbarui: 4 Juli 2022   11:31 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Andrea Cau on Unsplash   

hai sobat pembaca dimanapun berada, semoga senantiasa dalam keadaan sehat sobat.  

hidup di perantauan ternyata tidak semudah yang kita bayangkan, namun juga tidak semengerikan yang kita bayangkan. jika teman-teman ingin merantau, tentu beberapa hal ini harus dikuasai sebelum pergi merantau, diantaranya memasak, mencuci, cari kerja sampingan sebagai freelance. 

karena hal-hal diatas akan membantu kita untuk menghemat pengeluaran diselama di perantauan, dan jika ada sisa uang bisa digunakan untuk menabung. 

habiskan masa muda mu untuk pergi merantau, karena dengan merantau membuat kita lebih terbuka akan berbagai hal. akan banyak cerita menarik selama kita merantau, dan itu bisa kita ceritakan ke anak cucu kita suatu saat nanti. selain itu merantau membuat kita semakin mandiri. yang biasanya kita masih dimasakin orang tua setiap hari, baju di cucikan orang tua, hal semacam itu akan sangat berubah ketika kita merantau, kita dituntut untuk bisa melakukan apapun sendiri. 

sebelum merantau saya sudah dibiasakan untuk memasak dan mencuci baju sendiri dirumah sama ibu, jadi ketika di perantauan sudah menjadi hal biasa seperti itu. namun untuk masakan, saya sering nelfon ibu hanya untuk menanyakan resep masakan yang biasanya dimasak dirumah. tentu hal ini tidak berpengaruh sama perantau yang ekonomi kelas menengah keatas. 

saya hidup di surabaya kurang lebih 5 tahun berjalan, banyak cerita,lucu, unik yang saya dapat selama di perantauan. sejak saya putuskan untuk kuliah di surabaya, saya bilang ke orang tua bahwa akan cari biaya hidup dan kuliah sendiri. saya tidak mau merepotkan orang tua, karena ini adalah pilihan dan keputusan saya pribadi. 

sebagai seorang mahasiswa, bagi saya kurang etis rasanya jika segala sesuatunya masih bergantung kepada orang tua. pada saat saya ingin berangkat, saya hanya minta doa restu semoga dimudahkan selama di perantauan kepada Ibu saya, karena ayah saya sudah wafat waktu saya kelas 3 SMA. 

kehidupan diperantauan saya mulai, awal-awal di surabaya saya masih sedikit kenalan, dan kalaupun ada itu hanya teman kampus yang satu kelas dengan saya. akhirnya saya silaturahmi ke beberapa alumni organisasi yang saya ikuti pada saat itu, dan alhamdulillah saya ditawari tempat, dan diberi beasiswa full selama kuliah. 

namun untuk biaya hidup saya tetap harus usaha sendiri, bagaimanapun caranya. sehingga saya ikut teman jadi sales, marketing perumahan, dan di prudential saya ikuti. disamping itu saya tidak hanya mengejar uang semata, namun ilmu lebih penting dari pada uang. 

saya belajar bagaimana komunikasi yang baik dengan customer, mencari customer, dan membangun relasi. dan ternyata tidak sia-sia, meskipun secara bayaran tidak terlalu besar, namun cukup untuk biaya hidup selama satu bulan. intinya perkajaan apapun saya lakukan untuk mendapatkan uang, selama itu halal.

sebelum itu, selama di perantauan bisa dibilang makanan tiap hari tidak lepas dari yang namanya mie, telur, dan tahu. karena masih awal di perantauan dan tidak tau mau ngapain, dan tidak tau cara cari uang. 

bermodalkan uang 300 ribu, untuk 1 bulan, mau tidak mau harus super hemat. hampir setiap hari ditelfon sama ibu, entah itu hanya sekedar menanyakan kabar dan berbagi cerita yang terjadi di desa. disaat ibu tanya perihal keuangan, apakah uangnya cukup, atau apakah uangnya masih ada?, saya selalu bilang ada. karena saya tidak mau membuat beban orang tua bertambah ketika bilang uangnya habis atau kurang.

salah satu caranya saya harus berbohong,   mungkin itu tidak baik, namun dalam hati kecil saya berkata itu lebih baik dari pada kamu menambah beban fikiran orang tua mu. sebagai anak pertama saya harus kuat dan survive selama di perantauan, sehingga itu nanti menjadi motivasi bagi adek-adek saya kedepannya. 

pernah suatu ketika saya kehabisan uang, apalagi memasuki akhir bulan. sedangkan bahan-bahan makanan di asrama sudah habis semua, sehingga satu hari full tidak makan, sampai tubuh ini bergetar semua, dan Alhamdulilah malamnya ada tetangga yang mengadakan syukuran, kita dikasih makanan dan jajan. sehingga tubuh yang awalnya bergetar, setelah makan akhirnya berhenti dengan sendirinya. hehehe. saya punya kawan dari Jawa Barat yang juga merantau ke surabaya, dia juga aktifis. 

dia bilang ke saya "jangan khawatir tidak akan bisa makan, jika kamu masih percaya pada Allah. sebagaimana burung dia setiap pagi keluar dan sore hari kembali ke sarangnya untuk memberikan makan pada anaknya", intinya adalah jangan khawatir terhadap rizki Allah, selama kita mau keluar, entah itu silaturahmi ke alumni organisasi, atau kerumah teman, pasti kita tidak akan kelaparan. jangan hanya berdiam diri di kos atau asrama saja. 

yang awalnya hidup diperantauan tidak enak, setelah saya tau cara survive di perantauan membuat  saya pada akhirnya betah hidup di perantauan. tentu banyak lika-liku kehidupan di tanah rantau yang harus dilalui, karena hal itu lah yang akan mendewasakan kita nantinya. jangan pernah mengeluh, karena segala sesuatu itu pasti ada jalan keluarnya, selagi kita mau berusaha dan mencari cara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun