Mohon tunggu...
Jay Z. Pai
Jay Z. Pai Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menulis saja

suka musik dan jalan - jalan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mustafa dan Takdir Wabah Corona

9 Agustus 2021   10:30 Diperbarui: 9 Agustus 2021   10:46 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mungkin berkat itu sehingga dia punya banyak kata--kata untuk melancarkan rayuan maut kepada kaum hawa.      

Sambil tersenyum Mustafa bertanya kepada Muhaimin.

"kau pernah jatuh cinta?, sampaikah kau merencanakan masa depan dengannya?".

Dalam hati muhaimin bicara, "ternyata benar, sahabatnya ini lagi dirundung masalah, dan pasti bukan cuma persoalan wabah corona, sepertinya ada yang lain." "aku pernah jatuh cinta mus", kata muhaimin.

"Benarkah, kapan itu min?".

"Waktu SMA, aku jatuh cinta berkali -- kali. Pernah aku jatuh cinta hingga lupa diri. Padahal  ada yang bilang padaku waktu itu, "jangan mencintai seperti kelaparan, nanti kau makan hatimu sendiri". Aku lupa mus, antara pertemuan dan perpisahan batasnya tipis. Perempuan itu merencanakan masa depan tapi bukan denganku, dengan orang lain. sampai satu ketika aku sadar akan bahayanya. Memang benar kata chairil, "cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar".

Bicara apa kau min, bukan seperti itu maksudku. Apakah kau ingin mendengar ceritaku.

*** 

Mustafa pun melanjutkan ceritanya.

"Aku jatuh cinta dengan gadis dikampungku min. orangnnya menarik. Kami sering membicarakan banyak hal, sering pula kami beda pandangan. Walaupun orangnnya cengeng dan terkadang keras kepala, tapi satu yang membuatku tertarik padanya. dia punya sikap. sudah setahun ini aku menjalin hubungan dengannya, sampai merencanakan menikah. Namun gegara wabah corona ini, rencana kami akhirnya pupus.

"Kau pasti tahu, wabah corona mengharuskan setiap orang menjaga jarak, kita dilarang berkumpul dan berkerumun. Bagaimana gelar acara jika berkumpul saja tidak bisa. Benar, bisa saja kita nikah dulu, lalu kemudian resepsi, mungkin itu cukup untuk kami. Tapi bagaimana dengan keluarga, apakah mereka sepakat?. Sebab, bagiku, nikah bukan hanya persoalan menyatukan dua orang tapi juga dua keluarga. Tapi sudahlah, nasi sudah menjadi bubur min".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun