Mohon tunggu...
Jay Z. Pai
Jay Z. Pai Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menulis saja

suka musik dan jalan - jalan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Makam Habib Kwitang, Oase di Tengah Padang Pasir Ibu Kota

15 April 2021   12:16 Diperbarui: 17 April 2021   17:43 2477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumen Pribadi

Saya kesana malam hari, bukan karena ada alasan khusus, tapi memang hanya itu waktu luang yang tersisa. Maklum, pekerja kantoran level 'bawahan' seperti saya tentu tidak bisa mengatur waktu semaunya di luar waktu pimpinan. 

Setelah mendapatkan izin dari penjaga makam yang ditemui, saya langsung masuk kedalam. Makamnya terletak di dalam ruangan berukuran cukup untuk 10 sampai 15 orang, tepat di tengah ruangan. Sementara,  di samping kiri-kanan makam, terdapat rak buku, persis buku do'a yasin dan tahlil pada umumnya.

Kebetulan malam itu ada juga orang yang sedang ziarah. Saya langsung mengambil tempat di sebelahnya dan memenuhi niatan ziarah

***

Keberadaan makam ulama di pusat kota, mungkin bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para peziarah yang haus akan spiritualitas, khususnya warga kota yang cenderung mengalami 'kekeringan religius'.

Ada beberapa kelebihan yang bisa didapati, jelasnya, warga kota Jakarta tidak perlu mengeluarkan cost yang besar dalam rangka ziarah, kecuali mereka yang memang berada jauh di luar Jakarta, atau dia merupakan tipikal peziarah ulung, dimana soal biaya tidak jadi masalah.

Selain itu, ziarah makam ulama mungkin bisa menjadi alternatif bagi warga kota yang butuh tempat untuk istirahat dari rutinitas keseharian yang 'memabukan', semacam 'jeda eksistensial' yang sifatnya sementara.

Dalam ziarah, anda bisa melakukan kontemplasi, refleksi, bertafakur, mengambil pelajaran dari yang mati sebagai rujukan atau bekal pengalaman bagi mereka (kita) yang hidup. Mirip laku sufi perkotaan (urban-sufisme). 

Istilah itu disematkan kepada orang-orang yang melakukan pencarian spiritual karena merasa terasing dari agama, akibat aktifitas kerja yang padat. Dan tenggelam dalam kemajuan kota yang kian 'materialistis', dimana segalanya dihitung dengan angka; uang dan kekuasaan. 

Jadi, ziarah makam ulama bisa menjadi instrumen terapi psikologis, sebagaimana menurut Komaruddin Hidayat dalam empat alasan kemunculan sufi perkotaan (urban-sufisme). 

Tapi ingat ya, sifatnya sementara, bukan selama-lamanya, kecuali anda sudah meninggal dunia. Kalau begitu anda bukan peziarah, malah anda yang diziarahi. Hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun