Mohon tunggu...
zain udin
zain udin Mohon Tunggu... Administrasi - Salam silaturahmi

saya adalah tipe orang yang introvert, namun ramah terhadap orang lain. memiliki minat pada banyak hal seperti menggambar, menulis, olahraga apapun, jalan-jalan, hal2 yang berbau petualangan, dan masih banyak lagi... sampai saat ini saya masih terus belajar dan berusaha untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang baik dan lebih baik lagi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Konsisten Itu Mahal

20 November 2020   15:29 Diperbarui: 20 November 2020   15:31 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tapi menurut saya memang begitu. Konsisten itu barang yang mahal. Benar-benar mahal. Sampai-sampai tidak semua orang bisa melakukannya. Lihatlah itu, orang-orang yang konsisten itu. Mereka lebih cenderung untuk menjadi sukses. Atau bahkan sangat sukses. Kita ambil contoh seorang Cristiano Ronaldo. Yang pesebakbola terkenal itu. Karena konsisten berlatih bermain sepak bola, dia bisa menjadi atlet sepak bola profesional yang sukses. 

Oke. Tapi kita tidak membahas soal bakat dulu ya. Apalagi keberuntungan. Yang kita bahas adalah "usaha" yang keras. Atau dalam bahasa kampung saya disebut "effort".  

Mari ambil contoh lain. Yang selaras dengan dunia tulis menulis. Ya, seorang penulis. Yaitu Buya Hamka. Siapa yang tidak kenal dengan beliau? Bisa jadi ada. Tapi dikalangan pembaca pada umumnya, Buya Hamka adalah sosok penulis terkenal. Lihat konsistensi yang dia tunjukkan. 

Meskipun sedang dipenjara. Beliau masih tetap berkarya. Kitab tafsir Al Qur'an 30 juz dapat terselesaikan ketika beliau berada dalam tahanan. Bukunya sangat banyak. Bahkan ada yang berbahasa Arab. Beliau tidak banyak cari-cari alasan. Dipenjara saja masih sempat-sempatnya menulis. Maka tidak ada baginya alasan untuk tidak menulis. Dan karya-karyanya pun bukan sekedar isapan jempol. Karya-karyanya mendunia. 

Berikutnya ada Tere Liye. Seorang akuntan. Bekerja full time. Tapi sesibuk-sibuknya akuntan, dia masih bisa menghasilkan puluhan novel dan kumpulan sajak. Berjenis-jenis novel. Mulai dari novel untuk remaja. Sampai dewasa. Mulai dari drama persahabatan, cinta, sampai perpolitikan. Imajinasinya sangat tinggi. Sehingga pembaca seolah-olah ikut mengalami dan merasakan apa yang terjadi pada tulisannya. Meskipun tidak semua orang juga suka tentunya.

Terakhir, yang ingin saya contohkan, adalah Emha Ainun Nadjib. Lebih terkenal dengan sapaan Cak Nun. Atau kini lebih suka dipanggil dengan "Mbah". Karena memang sekarang sudah tua, dan punya cucu. Beliau adalah salah satu penulis yang sangat produktif di Indonesia. Sejak muda beliau sudah menghasilkan karya-karya tulis.

Tulisan beliau lebih banyak bertemakan humanisme. Walau kadang ada bumbu politiknya. Dan juga humornya yang khas Jawa Timur an. Dia menulis kapan saja dan dimana saja. Saat sepi. Maupun sedang ramai. Kadang-kadang dia menerima tamu, sambil mengetik dengan mesin ketik dipangkuannya. Karena saat itu belum ada komputer.

Dari contoh-contoh penulis yang saya sebutkan itu. Betapa dahsyatnya hasil dari sebuah konsistensi. Tentu konsisten dalam hal yang positif ya. Dari sebuah karya tulis, bisa berkembang menjadi karya cinematografi. Film. Pernahkan anda nonton film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk"? Itu diambil dari novel karya Buya Hamka. Atau film "Moga Bunda disayang Allah", itu diambil dari novel karya Tere Liye. Dan juga film "Rayya, Cahaya diatas Cahaya", juga melibatkan Emha Ainun Nadjib dalam proses penggarapannya.

Dan tokoh-tokoh tersebut juga memberi pengaruh yang luas. Berusaha menanamkan idealismenya lewat tulisan. Kepada follower-nya di media sosial macam Facebook. Kepada jamaahnya di pertemuan-pertemuan Maiyah macam Kenduri Cinta di Jakarta. Dan lain sebagainya.

Tetapi bagaimana dengan saya. Hari ini, adalah hari kedua di tahun 2020. Saya kembali menulis di kompasiana. Dan lihatlah. Saya mulai bergabung pada 13 Maret 2014. Sudah sekitar sejak 6 (enam) tahun silam saya bergabung. Dan baru menghasilkan 7 (tujuh) buah artikel. 8 (delapan) dengan tulisan yang ini. 

Jangkrik. Benar-benar sebuah prestasi yang belum layak dibanggakan. Tapi siapa yang peduli. Memulai sesuatu memang berat dan butuh perjuangan. Lebih berat lagi ketika harus menjaga sesuatu tersebut tetap berjalan dengan rutin. Oleh karena itu ayo. Menjadilah semangat. Semangat berkonsisten.     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun