Mohon tunggu...
Zainul Muhammad
Zainul Muhammad Mohon Tunggu... Penulis - Tentang Segalanya

Menjadi manusia yang memanusiakan manusia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pemilwa, Antara Kritik dan Nyinyir yang Berkepanjangan

12 Desember 2019   12:06 Diperbarui: 12 Desember 2019   12:32 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

PEMILWA telah usai, penetapan calon terpilih serta raupan suara partai telah diumumkan oleh KPUM-F maupun KPUM-U, kontestasi politik tahunan di UIN Sunan Kalijaga ini harusnya menjadi ajang untuk pembelajaran demokrasi yang semua mahasiswa terlibat di dalamnya. Namun partisipasi mahasiswa pada PEMILWA ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. 

Dalam hal ini saya membaca beberapa klasifikasi peran mahasiswa. Pertama ada mahasiswa yang aktif di Partai baik ia sebagai calon, tim sukses, maupun lainnya. Mahasiswa ini adalah mereka yang secara penuh mengikuti rangkaian  kontestasi politik ini, karena memang ada hajat yang ingin dia capai disana. 

Kedua, mahasiswa yang sadar akan standing positionnya sebagai mahasiswa, mereka mengikuti rangkaian acara ini, karena ia sadar bahwa ini adalah pembelajaran yang harus ia dapat selain didalam kelas. Ketiga, mahasiswa pasif, mereka adalah mahasiswa yang apatis kepada hal yang tidak menyangkut perkuliahannya di dalam kelas, ia akan mengabaikan dan menganggap hal ini tidak penting kepada proses perkuliahannya di Kampus. Keempat, mahasiswa jurnalis, ia adalah mahasiswa yang menarasikan dan menyebarkan apa yang ia dapatkan dari PEMILWA ini kepada umum.

Dari beberapa klasifikasi mahasiswa serta hubungannya dengan beberapa kejadian yang terjadi, baik pra-Pemilwa maupun pasca pemilwa adalah adanya kritik yang dilakukan oleh beberapa oknum maupun kelompok terhadap elemen-elemen dalam pemilwa ini, baik kepada KPUM, Parpol, atau lainnya. 

Saya menulis ini setelah membaca dua opini yang dirilis oleh salah satu lembaga pers mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga serta beberapa orang yang mengajak bertemu untuk membahas mengenai pemilwa ini. Sebagai anggota di KPUM-F saya menilai apa yang mereka katakan itu bukanlah kritik, malah lebih kepada nyinyir belaka. Kenapa saya katakan itu hanya nyinyir?. Menurut saya kritik itu adalah menyampaikan apa yang kita tidak sepemahaman dengan orang lain tapi berdasarkan data dan fakta yang ada, bukan dari penilaian subjektif seseorang, apalagi hanya berdasarkan kepada data yang tidak jelas validitasnya.

Ada pernyataan dalam opini di salah satu LPM itu yang mengatakan bahwa Pemilwa ini hanya hajat dari satu geng, baik dari UU Pemilwa, Panitia KPUM, serta lainnya dari satu geng saja. Pernyataan ini sangat menyakitkan sebenarnya utamanya kepada saya yang sudah dua tahun mengikuti agenda pemilwa ini. 

Siapapun anda yang mengatakan itu, saya hanya ingin menanyakan sejauh mana anda paham mengenai siapa yang merumuskan UU Pemilwa, siapa yang menyeleksi Panitia KPUM, siapa saja panitia KPUM? Penilaian anda terlalu subjektif dan kurang data. Komposisi di SEMA-U yang merumuskan UU Pemilwa itu bukan hanya dari satu Partai saja, anda tau bukan bahwa ada 4 Parpol yang mengikuti kontestasi pada tahun 2018? Juga anda perlu tahu bahwa SEMA yang menjadi Pansel KPUM itu juga bukan hanya dari satu golongan saja, cobalah sedikit anda cari tahu dulu yang lebih valid. 

Anda juga apakah tau komposisi Panitia KPUM? Jangan-jangan anda hanya berspekulasi saja, karena saya sebagai orang yanga ada dalam KPUM melihat tidak hanya ada satu geng saja disana. Yang terakhir apakah anda tidak melihat bahwa masing-masing Parpol mendelegasikan kadernya untuk mencalonkan diri, baik di HMJ/HMPS, DEMA-F, maupun DEMA-U. Ini menandakan bahwa tidaklah hanya satu golongan yang berkuasa, tapi ada banyak golongan yang juga mempunyai kekuatan.

Apa yang saya utarakan ini adalah kegelisahan dari sakit hati yang saya terima dari beberapa opini yang saya rasa ini terlalu nyinyir bukan untuk mengkritik. Sekarang saya melihat terlalu banyak komentator, jarang orang yang ingin menjadi aktor. Banyak wacana yang dibangun hanya atas nama ego nyinyir yang berkepanjangan dari tahun ke tahun tanpa adanya data yang valid. Sebagai anggota KPUM saya jika dikritik akan sangat berterima kasih dan jika kami salah kami akan memperbaikinya, tapi saya juga akan sangat sakit hati, jika itu bukan kritik, tapi hanya nyinyir kepada kelompok tertentu dan ingin memojokkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun