Mohon tunggu...
Zaini
Zaini Mohon Tunggu... Ilmuwan - Menulis dan Menulis

"Menulislah karena orang di masa depan memiliki pengetahuan disebabkan ada tulisan yang bertebaran"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Senja Tak Bertuan - 01

26 Juli 2021   17:29 Diperbarui: 26 Juli 2021   17:39 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

SENJA TAK BERTUAN

~Banyak yang menunggu senja muncul, mengagumi keindahanya, menikmati kehadirannya atau bahkan ingin mati bersamanya meski demikian Nyataya tak ada yang pernah bisa memiliki senja, ia hanya berjanji untuk muncul usai mentari ingin tenggelam diganti dengan rembulan

1. Sebuah Harapan

"Dress Abaya hitam bermotifkan bunga yang dia kenakan juga hijab lebar dan polos ditambah senyum manis dan pipi merona membuat diriku terlena saat Pertama kali jumpa denganya, kami tak bertukar kata apalagi saling sapa. Di hari itu aku mungkin lupa orang yang duduk disampingku atau orang yang baru saja menyapa diriku tapi tidak dengan dirinya, dari mata nya, wajahnya atau bahkan tawanya teriang-iang sampai terukir dalam jiwa. Sejak hari itu, aku hanya menjadi si pemerhati yang hanya bisa khawatir dari jauh, yang hanya mampu melihatnya tanpa berbalas sapa atau bahkan berbicara melalui do`a sahaja. Apalah daya kerikil di pesisir, tentu menyadari seberapa pantas dirinya bersanding dengan mutiara yang ada didasar atlantik." Tutur pemuda desa dengan raut muka kelam.

"Jadi cuma segitu cerita cinta yang nyawa[1] punya Syim" Ucap seorang lelaki muda khas Kalimantan berkacamata yang juga tak kalah tampan, mengenakan pakaian muslim ala pakistan.

 "Ya, begitulah singkatnya kisah cintaku, Kamu tahu sendirikan pondok putra sama putri terpisah jauh. Hari-hari dipondok hanya berisikan  para lelaki kecuali ibu tukang masak dan dia, anak pimpinan pondok, meski jarang sekali datang"

           Malam itu Hasyim bersama Furqan duduk dibalkon depan kos kayu tua. Meski kos-kosan tersebut sudah berumur namun karena dirawat dan dijaga lingkungannya tempat tersebut betul-betul bersih dan rapi. Mereka asyik bercerita kisah hidup mereka, sambil ditemani kopi hangat juga sepotong roti tawar. Mereka sudah dua minggu tinggal bersama di kos bu Sinta,  dekat dengan kampus Islam terbesar di Kalimantan, UIN Antasari Banjarmasin. Di sanalah mereka berkuliah, Hasyim mengambil jurusan Filsafat Islam dan Furqan mengambil jurusan Ilmu al Qur`an dan Tafsir, meski berbeda jurusan keduanya bisa dikatakan cocok dalam berkawan karena sama-sama dari lulusan pondok.

            "Nyawa[2] naksir dengan anak pimpinan pondok

            "Meski takkan terwujud setidaknya aku pernah dan mungkin akan selalu mencintainya Fur, lidah bisa bersilat kata bisa berbohong namun tidak dengan hati." Sahut Hasyim dengan sungguh.

            "Tak apa syim, tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Dia sang pemilik hati bisa dengan mudah menjatuhkan hati kepada Nyawa. jodoh itu rezeki dari Tuhan yang tak seorang pun dapat mengetahuinya. Siapa tahu suatu saat nanti dia meminta nyawa untuk menikahinya. kitakan tidak tahuapa yang kelak kita hadapi, jadi yang bisa kita lakukan adalah ikhtiar dan yang paling penting adalah do`a. Karena do`a menunjukkan atas ketidakberdayaan Nyawa sim ae." Jelas Furqan dengan loghat khas banjarnya.

            "Gitu ya fur, keren juga kau ini"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun