Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Deng Ical, Calon Kuat Walikota Makassar

3 Desember 2019   14:03 Diperbarui: 3 Desember 2019   16:51 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berlatar belakang sirkuit Baku, yang digunakan balapan F1, di Azerbaijan, saya dan Deng Ical menikmati sore yang sejuk di pusat kota, di tepi danau Laut Kaspia, Juni 2019 lalu.

Ia kerap berdiri di pertigaan Sultan Hasanuddin - Pallantikang, Sungguminasa di pagi hari. Di depan showroom mobil Bukukumba Jaya Motor. Menanti Petepete --sebutan Mikrolet di Makassar-- warna merah tua yang akan menurunkannya di ujung Pettarani, Makassar. Dari situ, Petepete 07 jurusan Kampus Unhas Tamalanrea telah menantinya.

Saya selalu bertemu dengannya di tempat penantian Petepete itu. Cuma saya tak menunggu Petepete. Saya menunggu Kandang Puyuh alias bus bertingkat bermerek Volvo yang dikelola Damri, jurusan Sungguminasa - Sentral Ujungpandang. Nanti di Kilo 4 Makasaar, kini flyover, lanjut lagi dengan Kandang Puyuh yang lain, yang langsung masuk ke kampus Universitas Hasanuddin.


Kadang pula ia menyapa saya duluan di atas Kandang Puyuh. Berdua kami sering bersamaan menyodorkan karcis langganan bulanan kepada kondektur berpakaian ungu.

Deng Ical, lengkapnya Dr. H. Syamsu Rizal MI, S.Sos, M.Si. Masa itu ia kuliah di Fisipol Unhas. Jurusan Komunikasi. Saya di Jurusan Administrasi Negara di Fakultas yang sama. Angkatannya tiga tahun lebih muda dari saya.

Kala itu ia tinggal di Kompleks Kodam Pandang-Pandang Blok E paling ujung, tak jauh dari Masjid Al-Muhajirin. Di sebelah rumahnya, sudah areal kuburan Cina. Saya tinggal di Kelurahan Pandang-pandang, di lorong di belakang Bukukumba Jaya Motor.

Menanti penerbangan dar Tbilisi, Georgia, ke Doha, Qatar, pada 26 Juni 2019 lalu.
Menanti penerbangan dar Tbilisi, Georgia, ke Doha, Qatar, pada 26 Juni 2019 lalu.
Kami sering bersua di tempat pemberhentian angkutan umum. Petepete dan Kandang Puyuh.

Suatu ketika, saya ketemu dengannya di Boulevard Panakukang, ketika ia bersepada dan saya jalan kaki menuju warkop. Ia yang mendatangi saya. Dan, dalam sekejap ia sudah dikerubuti banyak orang untuk dimintai berswafoto.

Penulis bersama Deng Ical di Botani Gandeng, di pusat kota Tbilisi, Georgia, 26 Juni 2019.
Penulis bersama Deng Ical di Botani Gandeng, di pusat kota Tbilisi, Georgia, 26 Juni 2019.
Yang saya mau bilang adalah, ia sosok yang merakyat. Ia pribadi yang low profile. Dan, ia begitu sombere bagi siapa saja. Teramat sombere bagi saya.

Dan, yang saya mau bilang lagi, bahwa ia dulu orang biasa. Dari keluarga biasa-biasa saja. Tak ada nama besar di belakang namanya. Tak ada orang tajir yang memback up perjalanan karirnya. Juga tak ada konglomerasi yang mendongkrak popularitasnya.

Di Makassar yang akan menghadapi Pilkada langsung tahun 2020, saya dengar surveinya cukup tinggi, bisa bersaing dengan Dani Pomanto, mantan walikotanya, yang juga akan maju lagi menjadi Walikota Makasssar untuk kedua kalinya. Wajar saja, sebab Deng Ical pernah menjadi Wakil Walikota Makassar mendampngi Dani Pomanto selama lima tahun.

Deng Ical menghadiri jamuan makan malam di KBRI Qatar, di Doha, 27 Juni 2019
Deng Ical menghadiri jamuan makan malam di KBRI Qatar, di Doha, 27 Juni 2019
Saya tahu, Deng Ical sewaktu jadi Wakil Walikota Makassar, tak mengenal sekat dan selalu ke mana-mana dalam upaya membangun Makassar. Pembangunan Makassar yang begitu terasa kemajuannya, pun tak bisa dipisahkan dari peran Deng Ical.

Di penghujung Februari 2019 lalu kami berkunjung ke Tel Aviv, menyaksikan betapa indahnya taman di sepanjang pantai Tel Aviv yang menghadap langsung ke laut Mediterania. Dalam cuaca sejuk 8 derajat pagi itu, kami menyusuri trotoar sambil jogging dan ngobrol santai.

Saat itu kami berada di salah satu mal terbesardi pusat kota Doha, Qatar, 28 Juni 2019
Saat itu kami berada di salah satu mal terbesardi pusat kota Doha, Qatar, 28 Juni 2019
Pekan terakhir Juli 2019 lalu, saya dan Deng Ical bersama rombongan lainnya, sempat jalan-jalan mengunjungi negara-negara yang hanya sesekali muncul dalam pikiran saya. Menyaksikan keindahan kota-kota yang mungkin tak pernah terlintas di benak saya sekalipun untuk di datangi, seperti kota Baku, ibukota Azerbaijan di tepian danau Laut Kaspia dan Tbilisi, ibukota negara Georgia, pecahan Uni Sovyet. Dan, sempat juga singgah dua malam di Doha, Qatar.

Saya tahu, Deng Ical sedang  komparasi dan akan mengambil sisi-sisi menarik di kota-kota dunia tersebut untuk selanjutnya dia gunakan saat kelak ia memimpin kota Makassar.

Jika kemudian ia berhasrat jadi Walikota Makassar, itu tepat sekali. Semoga partainya dan juga partai-partai lain, bisa memahami dan mengusungnya.

Ia seorang pejuang. Dari awal.

ZT -Jakarta, 3 Desember 2019 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun