Ini bukan tiang listrik yang ditabrak mobil Toyota Fortuner yang dinaiki Setnov, sekitardua tahun lalu. Saya ingat betul  peristiwa yang menghebohkan itu. Yang bikin 'terhibur' para netizen di dunia maya, an jadi perdebatan panjang berbagai kalangan di dunia nyata. Tapi ini cerita rekaan saya yang terinspirasi dari cerita seorang teman yang kini sudah kaya raya.Â
Cerita fiktif berdasarkan kisah nyata, begitulah kira-kira.
Temanya memanjat tiang listrik. Bukan menabrak tiang listrik. Coba lihat ilustrusinya yang saya comot dari Mbah Google di bawah ini. Ada seorang petugas PLN yang sedang memanjat tiang listrik kan?
Saya baru keluar dari kantor Harian Fajar di Jalan Racing Centre, Makassar, ketika saya mendapati Pak Andi, fotografer senior di tempat saya bekerja tiga tahun terakhir ini.
Ia duduk tenang di bangku depan Pos Satpam. Tangan kirinya memegang tustel berlensa panjang. Standby dan siap dibidikkan. Di sela jari tangan kanannya terselip rokok kretek yang sedang menyala. Saya berhenti tepat di depannya saat hujan mulai mengguyur bumi.
Baru saja saya tinggalkan tempat parkir motor di lorong samping kantor, tapi saya lupa kerluarkan mantel di bawah sadel motor. Daripada basah menembus hujan, mending singgah bernaung di Pos Satpam, menemani Pak Andi. Begitu pikiran saya.
"Sedang motret apa, Pak?" tanya saya pasa saat melihat Pak Andi sedang membidikkan kameranya.
"Itu..!" jawabnya singkat sambil melirik ke saya.
"Yang mana?" tanya saya penasaran. Pak Andi tetap fokus pada bidikannya.
"Orang yang sedang manjat tiang listrik itu!"
"Ohh," hanya itu tanggapan saya, lalu duduk di kursi plastik yang disodorkan Satpam itu.
Sekian lama saya duduk dekat Pak Andi, tapi ia belum juga klik, klik, klik! Hanya nyetel-nyetel lensa kameranya.
Saya serius memperhatikannya. lantaran penasaran, saya bertanya juga, "Kenapa belum motret, Pak Andi?"
"Belum dapat momennya!" sahutnya.
"Momen apa?"
"Ada kilat menyambar orang itu, dan jatuh!"
"Hahh!"
"Foto saya bisa dapat Pulitzer, Bos!"
"Wahh!"
"Sudah puluhan tahun jadi Fotografer, tapi belum dapat-dapat, Bos. semoga momen nanti bisa layak dapat Pulitzer."
"Emdede... ada-ada saja Pak Andi ini, ah!"
Geli juga saya melihat tingkah senior saya ini, yang mengharapkan tepuk tangan dan penghargaan dari penderitaan orang lain.
Punna upa'! geram hati saya.
Guntur tiba-tiba menggelegar. Di sana, orang yang sedang memanjat tiang listrik itu sudah tak nampak.
Dan, pak Andi belum juga memotret.
Hujan Makin lebat.
ZT -Jakarta, 19 November 2019