Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sang Pelukis

30 Oktober 2019   13:29 Diperbarui: 30 Oktober 2019   13:31 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya berada di Plaza Indonesia tiga tahun yang lalu, ketika itu selepas makan siang. Mondar-mandir di lantai basement yang kebanyakan ditempati kuliner, telah menjadi hal biasa bertahun-tahun saya lakoni sebelumnya.

Begitu lewat di depan Rempah Kita --kini sudah tak ada di situ,  ada yang menarik perhatian saya. Di pintu masuk resto yang sering saya tempati makan siang itu, nampak seorang pelukis duduk sembari sibuk dengan pisau lukis dan akrilik, menuntaskan lukisan bertema Labuan Bajo.

Di belakangnya, ada belasan orang menyaksikannya, termasuk saya. Juga orang yang telah memesan lukisan tersebut. "Langsung jadi, Mas. Ditunggu. Sejam selesai," kata orang itu.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ketika saya berdiri di belakang Sang Pelukis, lukisan itu baru ia mulai. Saya jalan-jalan, naik ke lantai 1, mutar-mutar di sana sambil menanti kedatangan seorang teman yang telah saya janji ketemu sejak tadi pagi. Lalu saya turun lagi ke lantai basement. Masuk ke Guardian, singgah di Century, mampir di GNC mencari Propolis. Kemudian masuk ke toilet. Dari toilet saya kembali ke pelukis itu. 

Eh, Labuan Bajo sudah rampung.

Saya langsung pasang gaya di dekat pelukisnya. Klik, klik! Swafoto pun tuntas. Saya langsung bertanya, "berapa satu?"

Pelukis itu menjawab, "tujuh belas setengah."

"Rp. 1.750.000?"

"Tujuh belas juta lima ratus rupiah. Bersama bingkainya."

Saya bersikap tenang.

"Biasanya empat puluh juta satu lukisan. Tiga lukisan yang saya kerjakan ini sejak jam sebelas tadi, sudah dipesan sama orang yang tadi itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun