Tadi pagi saya mengajak ibu saya jalan-jalan di sekitar Sungguminasa, di arena Car Free Day di kawasan Syekh Yusuf Discovery, yang setiap minggu pagi di padati warga.
Ada yang jogging, bersepeda dan ada beberapa kelompok bikin senam berirama menarik.
Namun yang paling menonjol adalah suasana jual beli, lantaran di kawasan itu menjelma jadi pusat belanja rakyat yang luar biasa padatnya.
Tak berapa jauh jalan, ibu saya langsung berhenti di depan penjual pakaian bekas yang dikerubuti banyak orang. Â Nampak dagangannya digelar berserakan di trotoar hingga meluber ke tepi aspal. Ibu saya tak bergeming di situ. Ibu saya nampak senang, setelah berhasil memegang enam lembar kain kerudung warna-warni. Ibu saya hanya mengeluarkan duit Rp. 10.000.-
"Cakar itu, Ma," kata saya menyebut istilah populer barang bekas itu.
Ibu saya tertawa. Gembira lantas menjawab, "Kubelikangi cucu-cucuku yang perempuan."
Saya paling suka melihat ibu saya tertawa-tawa. Senang karena ibu saya sudah bisa berbelanja murah di tempat belanja kagetan seperti ini, yang begitu banyak orang menikmatinya.
Intinya, masyarakat masih begitu butuh pasar kagetan seperti ini.
Jadi, pemerintah, terutama Pemda Gowa sudah saatnya menciptakan satu pusat ekonomi berbasis kerakyatan dengan mencari tempat khusus untuk mereka. Saatnya mengadakan Pusat Belanja Rakyat, dengan catatan berada di kawasan pusat pemerintahan atau areal car free day, dan permanen.
Setiap saat bisa dikunjungi warga, dan setiap saat bisa di gunakan para pedagang kecil, menjual dagangannya.
Ekonomi rakyat bisa bergerak dan semarak!
Saya yakin jika ada kemauan, Insyaallah enteng!
Sambil menikmati bubur ayam.
ZT -Sungguminasa, 24 Februari 2019