Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

DMI Harus Bekerja Profesional Agar 10 Program Unggulan Dapat Berjalan

12 Januari 2019   14:18 Diperbarui: 12 Januari 2019   14:59 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wakil Ketua umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Syafruddin, menginginkan DMI bekerja secara profesional dan seluruh lembaga otonom yang ada kembali bersatu dan bekerja berdasarkan AD/ART yang sama.

"Ketua Umum perintahkan agar DMI dapat memperoleh ISO sehingga dapat bekerja dengan sistem yang jelas. Saat ini saya sedang berusaha untuk menyatukan kembali semua badan otonom yang ada dibawah DMI agar dapat terkonsentrasi dan bekerja dalam satu payung besar AD/ART yang sama," kata Syafruddin saat memimpin rapat harian Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, Jumat 11 Januari 2019. Sebab sebagai organisasi besar, setiap unit yang ada harus memiliki visi yang sama dalam bekerja agar keberadaan DMI dapat dirasakan masyarakat.


Rapat harian PP DMI bergendakan menindaklanjuti hasil Rakernas I dan membahas kegiatan yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan oleh PP DMI.Saat membuka rapat, Syafruddin meminta masukan dari seluruh peserta rapat mengenai kepengurusan DMI dalam menyikapi konstelasi politik yang terjadi saat ini.

"Tentu nanti ada masukan dari semuanya tentang bagaimana keberlangsungan kepengurusan Dewan Masjid Kedepan terutama terkait situasi konstelasi politik yang ada tentu pandangan dari bapak ibu akan menjadi salah satu sikap DMI," ujar Syafruddin.

Rapat harian kali ini dihadiri oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN, Sofyan Djalil, Plt Sekjend DMI, Arief Rosyid dan sejumlah pengurus pusat DMI lainnya. Mengawali laporannya, Arief Rasyid menjelaskan telah melakukan beberapa kegiatan untuk menindaklanjuti hasil Rakernas I DMI terkait sosialisasi 10 program unggulan DMI dengan tujuan memakmurkan masjid dan dimakmurkan masjid. Arief mengatakan akan melakukan konsultasi dengan konsultan Majelis Ulama Indonesia, agar setiap departemen yang ada di DMI dapat bekerja secara maksimal.

"Sesuai arahan Pak Jusuf Kalla selaku ketua umum selama ini departemen di DMI tidak memiliki ukuran keberhasilan dalam bekerja. Untuk itu minggu ini akan bertemu dengan konsultan MUI untuk membahas bagaimana menyusun parameter atau target dalam bekerja. Sehingga setiap departemen dapat diukur kinerjanya," ucap Arief.

Terkait keorganisasian, akan dilakukan pendataan terhadap seluruh pengurus DMI mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Pendataan pengurus ini, menurut Arief sangat penting karena berkaitan dengan pelaksanaan sosialisasi 10 program utama DMI di setiap daerah.

Kegiatan lainnnya yang telah dilakukan adalah koordinasi dengan Kementerian Agama tentang pendataan jumlah masjid yang ada di Indonesia."Sejak tahun 2013 Kementerian Agama telah melakukan pendataan Masjid dan pembuatan aplikasi data masjid. Hingga saat ini jumlah yang didata mencapai 500.000 masjid," ungkap Arief.

DMI akan melakukan koordinasi secara intensif dengan Kemenag agar program pendataan masjid tepat sasaran. Arief juga melaporkan perkembangan program akustik masjid. Terdapat beberapa kendala dalam program akustik masjid seperti kendala operational.

Terkait dengan penataan organisasi DMI, Syafruddin menjelaskan telah melakukan pertemuan dengan remaja masjid usai Salat Jumat. Pertemuan tersebut untuk menyatukan persepsi dan menyamakan pemikiran menyonsong peradaban baru dunia Islam. "Saya jelaskan kepada mereka bahwa remaja akan menjadi tonggak dalam menyongsong peradaban baru Islam. Akan menjadi kerugian bagi dunia Islam jika para remaja salah dalam menyikapi peradaban baru tersebut," tegas Syafruddin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun