Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Wajek Bandong, Camilan yang Pas Buat Ole-ole

12 Oktober 2018   15:09 Diperbarui: 12 Oktober 2018   15:16 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajek Bandong bersama Kopi Hitam/dokpri

Itulah enaknya. Walau sehari di Makassar, begitu ketahuan sama keluarga di Kabupaten Gowa, maka tak pelak lagi berbagai ole-ole akan menjadi pengisi bagasi pesawat.

Semuanya makanan.

Ada Songkolo Bagadang, Sop Saudara, Pallubasa Serigala, Mie Titi, bakso Atiraja, Otak-Otak dan berbagai jenis kue. Ada barongko, palita, biji nangka, bolu cuke, sanggara balanda, putu kacang dan baruasa. Eh, ada juga burasa dan sambala kaluku ternyata.

Dari semua ole-ole itu, ada satu yang menyita perhatian saya. Sebungkus plastik berisi Wajek Bandong. Yang ini langsung saya isolir, tak ada yang boleh mengkaplingnya, baik istri saya, maupunanak-anak. Mereka hanya boleh menguasai kue barongko dan sejenisnya, begitu saya mendarat di rumah Jakarta.

Wajek Bandong, camilan yang terbungkus kertas minyak warna-warni dalam size sekali lumat ini dibikin dari perpaduan beras ketan, kelapa parut dan gula. Mereka itu dimasak dalam satu adonan, hingga mendidih sekali. Lalu dibungkus dengan kertas minyak dalam model segi empat atau bulat-bulat. Dibiarkan hingga membeku sendiri. Wajek Bandong ini bisa tahan sepuluh hari.

Saya paham jenis kue ini, karena dulu sewaktu saya sekolah di SMP di Gowa, saya jualan Wajek Bandong. Saya bikin sendiri atas bantuan ibu dan adik-adik saya. Lalu saya jual titip dengan sistem konsinyasi di warung-warung kecil -gadde-gadde bahasa Makassarnya-- di daerah Mangasa dan sekitarnya.

Jadi ini Wajek Bandong punya nilai histori. Ia menopang hidup kami. Dan, terus terang ini kue kegemaran saya sejak kecil. Pagi tadi isteri saya menyajikannya bersama kopi hitam disaat saya sedang asyik menjelajah di dunia maya.

Nikmat. Orang Jakarte bilang, pagi ini klar idup lho...

Kenapa sampai dikatakan Wajek Bandong. Mungkin kue ini asalnya dari Bandung. Sebab di sana ada juga camilan bernama Wajik Bandung.

ZT -Kemayoran, 12 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun