Saya sedang duduk di Mc Cafe,lantai 2 Sarinah, ketika seorang trader yang dengan terpaksa jadi investor, datang menemui saya. Ia memperlihatkan portofolionya.
Hehehe... kebakaran! "Apa perlu saya panggil pemadam kebakaran?" tanya saya bercanda.
Ia tertawa terbahak-bahak. "Pendapatmu saja saya butuhkan!" mintanya.
Jadi saya beri saran, ibarat warung kelontong, maksimal 5 saham saja, jika tangan gatal dan tak tahan untuk tidak buy, yah bolehlah tambah 1 saham lagi. Porsinya, 70% saham-saham bluechip, 20% saham lapis kedua dan sisanya 10% saham-saham gorengan.
Jangan kayak pasar Tanah abang!
Untungnya, dia tak menggunakan fasilitas margin dari sekuritas. Lihatlah potensial cash-nya. Masih ada 61,9 juta rupiah yang standby.
Dia mengaku, tak pernah menjual sahamnya dalam keadaan rugi. Jadi dia hanya menunggu sahamnya hijau baru langsung dia lepas.
"Yang penting untung, berapapun itu," katanya.
Weh, inilah intinya berbisnis saham. Sabar dan jangan pakai margin alias berutang pada sekuritas.
Akhirnya saya berkesimpulan, hebat ini teman saya.