Mohon tunggu...
Zaid Makruf
Zaid Makruf Mohon Tunggu... Marketing -

Kelahiran Magelang. Pernah kuliah di Fisipol UGM Jogja. Merantau ke Jakarta. Bekerja sebagai marketer. Ayah dari Zidan dan Danis. Sekarang tinggal di Tangerang. The meaning of life is to give life meaning.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup featured Pilihan

Negeri “Bersih Tersenyum” Menuju Poros Maritim Dunia

8 Oktober 2016   16:35 Diperbarui: 5 Mei 2017   14:54 1965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : insinyurperkotaan.blogspot.com

Dalam kesejarahannya, Indonesia merupakan salah satu pusat perdagangan dunia. Letak wilayah di posisi silang atau diantara dua Benua (Asia dan Australia) serta dua Samudera (Hindia dan Pasifik) memberikan keuntungan geografis. Dahulu kala, Bangsa Eropa (terutama Belanda, Portugis dan Inggris), Cina, India dan Arab datang ke Indonesia untuk berdagang. Masyarakat Indonesia dikenal sangat terbuka dengan pendatang karena keramahtamahannya. Kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama rempah-rempah dan kayu tropis menjadi daya tarik utama sehingga menyebabkan bangsa asing ingin menjajah Indonesia.

Di masa sekarang, kemerdekaan yang telah diraih jangan kita disia-siakan. Keunggulan komparatif yaitu letak geografis dan kekayaan sumberdaya alam harus dimaksimalkan untuk kemajuan bangsa. Kepribadian luhur yaitu sikap ramah tamah dan gotong royong yang merupakan warisan nenek moyang selayaknya diperkuat sebagai identitas bangsa. Keunggulan komparatif dan kepribadian luhur tersebut dapat mendukung Indonesia sebagai "Poros Maritim Dunia", baik di bidang perdagangan maupun pariwisata.  

Peluang ini sangat besar mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan yang strategis. Perdagangan dunia sangat bergantung dengan perairan Indonesia. Sebut saja Cina yang ingin mewujudkan kembali “Jalur Sutra Maritim” di Abad 21 sehingga mereka dapat berdagang atau mengirim barang sampai India, Afrika, Eropa dan Amerika. 

Begitu pun sebaliknya jika terjadi pertukaran perdagangan antar negara tersebut. Mereka membutuhkan Indonesia sebagai pelabuhan-pelabuhan transit. Australia dan Bangsa Eropa juga harus melewati Indonesia jika ingin mengekspor produknya ke negara-negara ASEAN atau Asia Timur. Belum lagi, industri pengolahan bahan baku dan investasi asing berorientasi ekspor-impor di Indonesia yang mengandalkan transportasi laut.

Di bidang Pariwisata Maritim, Indonesia memiliki daya tarik obyek wisata bahari yang menakjubkan. Sebut saja, Belitung, Bunaken, Taka Bonerate, Wakatobi, Togean, Labuan Bajo (Komodo), Bali, Lombok dan Raja Ampat yang memiliki keindahan pantai pasir putih, gugusan karang, ombak cantik dan keanekaragaman terumbu karang. Banyak wisatawan mancanegara berlibur untuk menikmati keindahan panorama alam dan berwisata air, misal : surfing, diving, snorkeling, jet ski, dll. Belum lagi, pulau-pulau kecil nan eksotis yang menawarkan petualangan unik.

Menggalakkan Budaya "Bersih dan Senyum"

Untuk mencapai tujuan besar di atas, Indonesia perlu menggalakkan Budaya “Bersih dan Senyum”. Kebersihan merupakan salah satu faktor penentu agar warga negara asing betah tinggal di Indonesia. Sedangkan, senyum merupakan cermin keramahtamahan dan sinyal keterbukaan yang menjadi daya tarik mereka untuk datang ke Indonesia. Senyum akan membuat mereka merasa diterima di negeri kita serta menghadirkan rasa nyaman dan aman.   

Namun ironisnya, Budaya “Bersih dan Senyum” masih menjadi tantangan di Indonesia. Masih banyak ditemui perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan, misal di jalan, taman, selokan atau sungai. Acara-acara publik yang diadakan, misalnya acara keagamaan, acara sosial, acara olahraga, acara budaya atau konser musik masih menyisakan masalah sampah. Tak heran jika terjadi banjir dimana-mana karena budaya tidak bersih, pengelolaan sampah yang belum baik, sedimentasi sungai dan tersumbatnya drainase. Pantai-pantai di Indonesia juga tidak luput dari persoalan sampah, apalagi pelabuhan kapal penyeberangan, pelabuhan kapal ikan atau pelabuhan kapal angkut barang.

Sementara, budaya senyum mulai pudar di tengah-tengah masyarakat. Kita seakan melupakan sikap ramah tamah nenek moyang. Apakah kita sudah murah senyum kepada teman, tetangga atau orang lain? Terkadang masih banyak ditemui kasus perkelahian antar kampung, perkelahian antar pelajar hingga perkelahian antar suku. Bahkan hanya karena senggolan, orang Indonesia bisa berantem. Gesekan sosial tersebut merupakan bibit-bibit permusuhan yang harus kita hindari.

Oleh karena itu, gerakan “Revolusi Mental” harus menjadi prioritas utama. Bagaimana membudayakan hidup bersih dan mengembalikan keramahan senyum bangsa Indonesia yang sudah terkikis. Perubahan mental yang mendasar harus digalakkan untuk menciptakan kesadaran-kesadaran individu menuju kesadaran kolektif. Dimulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar hingga komunitas masyarakat yang lebih luas.

Pembelajaran Masyarakat Sekitar Candi Borobudur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun