Fenomena ekologi (lingkungan hidup) saat ini cukup ramai diperbincangkan. Dari anak muda sampai orang tua topik tersebut menjadi pembicaraan menarik di warung kopi dan organisasi. Sudah banyak aksi ekologi bermunculan di akar rumput (grassroot).
Hal tersebut ramai dibicarakan karena urusan lingkungan dapat berdampak terhadap diri sendiri sampai masa depan anak-cucu kita nanti. Air, tanah, udara, tumbuhan, hewan, dan manusia menjadi satu kesatuan yang perlu dirawat keberadaan dan kemurniannya.
Dalam konteks akhlak terhadap lingkungan ada tiga hal yang perlu diketahui, yakni:
Pertama, akhlak antroposentris -> akhlak terendah (eksploitasi alam untuk kepentingan manusia)
Kedua, akhlak biosentris -> akhlak tengah (eksploitasi alam untuk kepentingan tumbuhan, hewan, dan manusia)
Ketiga, akhlak ekosentris -> akhlak tertinggi (eksploitasi alam untuk kepentingan biologi dan non-biologi).Â
Karena manusia memiliki tabiat dasar yang eksploitatif maka akhlak lingkungan sangat penting untuk diketahui guna memberikan arahan atau cara merawat lingkungan.
Berangkat dari penjelasan di atas maka ada beberapa hal yang perlu dikritisi atas gerakan-gerakan lingkungan hidup yang tiba-tiba muncul begitu saja tanpa adanya kajian dan identifikasi masalah atas gerakan yang akan dilakukan.Â
Di sini penulis membagi ke dalam dua kelompok, yakni ekologi momentum dan ekologi keberlanjutan.