Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah, Bukan Itu Inginku

26 September 2021   11:40 Diperbarui: 26 September 2021   11:45 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku Danang. Aku kelas empat. Aku senang bersepeda. Ayah dan ibuku sudah tidak bersama lagi. Aku ikut ayah. Entah karena apa. Aku tidak tahu.

Setahuku, ayahku dan simbahku yang menyekolahkanku. Selalu mengantar dan menjemputku di sekolahan. 

Aku sering diajak ayah untuk melihat video tentara atau polisi di rumah. Oh iya, simbah kakungku adalah seorang pensiunan tentara. Jadi simbah juga sering menceritakan pengalamannya menjadi tentara. 

Sementara ayahku seorang guru. Ia mengajar di sebuah Sekolah Dasar. Tapi aku tidak bersekolah di tempat kerja ayahku.

***

"Gigimu kok seperti ini, Nang.. Nanti tidak bisa menjadi tentara.. Tidak bisa menjadi polisi..".

Kalimat itu sering ku dengar dari mulut ayahku. Apalagi di saat ayahku mengecek gigiku secara rutin. Aku hanya diam saja. Bagaimana aku akan bilang sama ayahku?

Ayahku selalu bercerita tentang keinginan ayah dulu yang bercita-cita menjadi tentara. Tetapi karena keadaan, ayah tidak lolos. 

Dan ketika ayah memperlihatkan photo mbah kakungku yang dulu memakai seragam tentara, ayah selalu bilang kepadaku, agar aku bisa menjadi tentara.

Jujur aku bercita-cita menjadi guru. Entahlah. Aku melihat guruku di kelas sangat asyik menjelaskan kepada kami, murid-muridnya. Tapi aku takut bilang kepada ayahku. Aku takut ayah marah.

***

"Ayah.. Ayah, kan guru.. Aku ingin seperti ayah.. Membuat murid-murid menjadi pintar..", kataku suatu saat.

Ayah tak bergeming. Aku tahu ayah tidak suka dengan perkataanku. Tapi aku ingin ayahku tahu akan cita-citaku, tidak menjadi tentara atau polisi.

Aku hanya ingin dengan punya cita-cita sendiri, maka aku akan semakin bertanggungjawab untuk belajar. Aku tahu, menjadi tentara atau polisi itu bagus. Tapi aku mempunyai cita-cita sendiri.

Ayahku hanya diam. Tidak menanggapiku. Mungkin ayah sebenarnya marah dan kecewa. Kemudian ayah masuk ke dalam kamarnya.

***

"Kamu yang rajin belajar ya, Nang.. Kan cita-cita kamu ingin menjadi guru..".

Kalimat itu keluar dari ayahku setelah beberapa hari aku mengatakan cita-citaku. Aku tersenyum dan memeluk ayah.

"Aku janji akan belajar dengan rajin, yah..", kataku.

"Apapun cita-citamu, ayah akan mendukungnu, nak..".

Mulai saat itu, aku selalu rajin belajar. Aku ingin mewujudkan cita-citaku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun