Ku lihat dan ku baca papan nama di gerbang sekolah ini. Sebuah nama yang sama sekali tak terlintas di pikiranku. Bahkan lebih bisa disebut meremehkan sekolah macam ini. Sekolah Luar Biasa. Sekolah untuk anak-anak idiot menurutku.Â
Tak mungkin aku menginjakkan kaki di sekolah seperti ini. Bayanganku tentu saja hal yang menjijikkan sekaligus melihat kebodohan anak-anak seusiaku.
Namaku Cenna. Avicenna. Aku salah satu anak yang cerdas dibanding teman-teman sekelasku. Dan aku satu-satunya yang bisa badung di kelas, bahkan di sekolahku. Hanya aku yang boleh sombong.
Pernah aku menghajar teman sekelasku gara-gara nilainya lebih bagus daripada nilaiku. Aku dan orangtuaku dipanggil ke sekolah. Apakah aku dihukum? Tentu saja tidak!Â
***
"Cenna, besok acara ulangtahun Hanum, adikmu. Besok kita pergi ke sebuah Sekolah Luar Biasa ya.. Kita berbagi di sana..", kata ibu membuyarkan keasyikanku main game.
Hanum, adik perempuanku satu-satunya. Dia sangat berbeda denganku. Dia lebih kalem. Lebih santun. Tidak pernah cari gara-gara di sekolah. Dia kelas tiga. Sementara aku kelas lima. Dia juga satu sekolah denganku.
"Iya, mas. Besok kita ke sana ya..", kata Hanum.
"Kenapa tidak ke restoran atau cafe, bu?", tanyaku tak mengerti jalan pemikiran ibu. Dan juga ayah.
Ibu mengernyitkan dahi.Â
"Ya, karena kamu dan Hanum akan belajar banyak di sana..", jawab ibu.