Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Kembaran dan Saya...

8 Juli 2020   03:19 Diperbarui: 8 Juli 2020   03:15 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya memiliki saudara kembar. Seharusnya kembar tiga. Tetapi salah satu dari kami meninggal ketika masih bayi. Ya, tinggallah kami berdua yang alhamdulillah masih diberikan kehidupan. Ada dua kakak kami juga ding. Hehe.

Seperti nasib anak kembar lainnya, kami pasti sering keliru disapa. Seringkali ketika sampai di rumah, kami saling bercerita. 

"Mau aku diruhi kancamu, mbak". "Tadi aku disapa temanmu, mbak", kataku.

"Lha sapa?", "Lha siapa?", tanya saudara kembarku.

"Embuh, ra takon. Hahaha..", "Tidak tahu, aku tidak tanya. Hahaha..", jawabku.

Nah, seringkali seperti itu. Kembaranku juga sering disapa teman-teman kerjaku. Temanku sendiri kadang juga cerita pas ketemu.

"Aku mau nggeblek sijimu, nduk. Isin aku. Lha kleru". "Aku tadi nabok saudaramu yang satu, nduk. Malu aku, lha keliru". 

Begitu kadang cerita temanku. Ketika aku mendengar, secara refleks aku tertawa. Ya, memang lucu-lucu sih kadang. 

Nah, jangankan temanku. Sebuah aplikasi saja bisa menyatakan double counting kok. Dulu, awal-awal ada NUPTK bagi tenaga pendidik dan kependidikan saja data saya dinyatakan double counting. 

Duh, mumet kan? Padahal teman saya yang lebih muda masa kerja saja sudah mendapat NUPTK. Saya malah belum. Saya yakin itu double counting dengan kembaran saya. Nama depan dan nama ibu jelas plek.

Akhirnya demi sebuah nomor unik itu, saya memberanikan diri konsultasi ke dinas. Nemui Kasubbag Kepegawaian Dikpora DIY juga. Saya dan kembaran saya berani menghadap beliau. Beliau menyatakan akan membawa ke rapat, kasusnya double counting karena kembar. Hehe. 

Karena tidak ada titik temu, akhirnya saya nekat telepon orang LPMP Yogyakarta. Beliau adalah orang yang mengurusi pengajuan NUPTK. Oleh beliau, saya disuruh SMS saja, agar jelas. Waktu itu belum ada WA dan sebagainya. Jadi, akhirnya saya SMS. 

Sudah. Lama saya tidak mengecek lagi karena hampir putus asa. Sampai akhirnya, ada pendataan dan harus mencantumkan NUPTK juga. Agak kelimpungan juga saat itu. 

Akhirnya dengan segala kegalauan, suami kembaran saya menyarankan agar ngecek lewat mbah google. Dan alhamdulillah, setelah double counting lama dan saya usaha nemui Kasubbag Kepegawaian hingga telepon LPMP, akhirnya saya memiliki nomor unik yang saat itu harus dimiliki setiap guru dan tenaga kependidikan. Nomornya ternyata juga unik, hanya beda 2 digit belakang dengan kembaran saya.

Sudah sampai itukah? Tentu saja tidak. Masih banyak cerita lainnya. Tidak mungkin saya tuliskan semuanya di sini.

Saya mulai belajar menulis di Kompasiana ini. Saya belajar dari saudara kembar saya. Termotivasi lah istilah kerennya. Beberapa bulan kemarin masih mikir-mikir. Sampai akhirnya, pada akhir bulan kemarin saya mendaftar. Ya, pasti dengan nama asli saya. Dan nama saya pastilah hampir sama dengan kembaran saya. Untuk membedakan memang hanya nama belakangnya saja.

Nah, semoga dengan saya bergabung di sini, tidak ada yang bingung. Kok ada dua Zahrotul. Kami benar-benar dua orang, yang kebetulan saya termotivasi mengikuti langkahnya untuk menulis di sini. 

Tentu saja tulisan saudara kembar saya sudah jauh lebih bagus daripada saya. Dan tulisan kami dari segi tema atau apapun pasti berbeda. Centangnya saja berbeda. Hehe.

Teman-teman Kompasiana pasti sudah hafal dengan tata bahasa kembaran saya. Pasti berbeda, karena kami memang berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun