Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kitab Ini Menjadi Saksi

1 Juli 2020   09:05 Diperbarui: 1 Juli 2020   09:06 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Photo: Koleksi Pribadi

Ibu bertahun-tahun mengalami stroke, sebelum akhirnya meninggal dunia pada 30 Januari 2020 yang lalu. Ia hanya mampu berpindah tempat secara terbatas. Ia menggunakan tongkat indahnya.

Ia dapat berjalan hanya dari kamar ke kamar mandi. Dari kamar ke ruang tamu. Dari kamar ke teras dan halaman rumah.

Untuk pergi ke Bank, untuk mengambil uang pensiunan, diantar oleh mbak dan mas ipar saya. Mereka yang memiliki roda empat-lah intinya.

Untuk pergi ke rumah mbak-mbak saya atau ke rumah adiknya ibu, harus memakai kursi roda. Saya yang tinggal bersama ibu dan bapak kadang dimintai tolong untuk mengantar beliau.

Sedihnya, kadang saya tidak bisa. Dan pastinya ibu juga sedih karena anaknya tidak bisa memenuhi permintaannya.

Nah, di masa sisa hidupnya, alhamdulillah ibu selalu mengisi kegiatan dengan beribadah. Menonton televisi hanya sebagai hiburan saja. Apalagi ibu memang "sudo rungon". Indera pendengarannya sudah tidak berfungsi secara maksimal.

Ibu selalu melaksanakan puasa sunah Senin dan Kamis. Setiap pertengahan bulan hijriyah, ibu juga berpuasa. Tidak sahur-pun ibu tetap berpuasa.

Selain itu, setiap sepertiga malam, ibu melaksanakan shalat tahajud. Hawa dingin tidak menjadi halangan bagi ibu.

Gemericik suara air wudhu sering ku dengar saat itu. Agak lama ketika beliau bersuci di kamar mandi yang dibuat berdekatan dengan kamarnya.

Setelah shalat tahajud, ibu selalu membaca Al Quran. Beliau membaca Al Quran tidak hanya setelah tahajud saja. 

Pagi hari di waktu dhuha, ibu melaksanakan shalat Dhuha dilanjutkan membaca Al Quran.

Iya, beliau memang rajin. Dalam satu bulan bisa lima kali khatam Al Quran. Padahal yang sehat walafiat saja kadang satu bulan belum khatam.

Dan diakhir hidupnya, mushaf Al Quran itu berada di kamarku. Berwarna hijau tua. 

Terlihat sudah usang. Lembar-lembarannya diisolasi. Ya, saking sering dibuka dan dibaca oleh beliau. 

Kitab atau mushaf yang indah adalah yang seperti ini. Bukan kitab yang masih licin dan rapi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun