Mohon tunggu...
Ceramah Gus Baha
Ceramah Gus Baha Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Bismillah. Alhamdulillah. Kemanapun aku terjatuh aku terjatuh pada rahmatMu yaa Allah, Kemanapun aku meraih aku meraih pada rahmatMu yaa Allah

Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad wa a'la aali sayyidina Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gus Baha: Punya Harta Dapat Menjaga dari Kekafiran

21 Oktober 2022   09:22 Diperbarui: 26 Oktober 2022   12:52 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bismillahirrahmanirrahim

Sholat adalah ibadah yang merupakan tiang agama. Sholatlah yang membedakan kaum muslim dengan non muslim. Namun jika seseorang miskin kadang terpaksa bekerja pada non muslim yang melarang sholat. Ini merupakan hal yang harus dicegah dengan menjaga diri dari kefakiran. Sebab Kefakiran dekat dengan Kekafiran.

K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha memaparkan  fatwa Imam Ghozali tentang menjaga diri dari kefakiran agar terhindar dari kekafiran.

"Imam Ghozali berfatwa ini agak menyinggung santri yang terlalu miskin. Tapi gak masalah, ini hukum. Tidak masalah mungkin berkat pengajian ini yang sangat miskin tidak jadi terlalu miskin berkat fatwa ini,"jelas Gus Baha.

Gus Baha menekankan perlunya orang Islam memiliki harta minimal dan status sosial minimal.

"Bahwa seharusnya orang yang memegang agama itu punya adna malin (harta minimal) atau punya adna jahin (status sosial minimal) supaya dia bisa membentengi agamanya. Saat ini bayangkan misalkan kamu miskin, dan bekerja pada orang kafir yang anti Islam di sistem politik negara yang anti Islam. Apa kamu bisa membayangkan menjalankan sholat?, mana bisa. Bagaimanapun kita nyaman shalat di Indonesia karena pejabatnya juga sholat. Dan kita tidak bekerja pada orang kafir yang melarang sholat. Sekarang kita sholat nyaman itu berkat adnal mal atau harta minimal dan ada adnal jah atau sistem sosial minimal. Ada sistem apa saja yang menopang sholat tidak dianggap masalah,", tegas Gus Baha.

Kebebasan sholat yang kita nikmati bersama ini tidaklah dinikmati saudara saudara kita di negara lain yang minoritas Islam.

"Sekarang gambaran masalahnya bisa kamu balik. Coba kamu hidup di Timur Leste punya majikan yang menganggap sholat itu masalah. Ada sistem negara yang menganggap sholat itu masalah. Pasti kamu kesulitan sholat"

Gus Baha menjelaskan bahwa apakah jika orang Islam mendukung demokratisasi agama itu sebuah keuntungan atau rugi. Gusdur dan kelompoknya dulu berpikir itu adalah keuntungan. Karena jika non muslim diberi kesempatan beribadah di Indonesia. Maka muslim minoritas dimana mana juga diberi kesempatan. Sebagai imbalan mereka di dunia Islam tidak diapa apakan.

"Tapi orang orang ekstrimis tidak, cara berpikirnya berbeda, mereka berpikir 'Tidak bisa begitu, kalau kita membiarkan orang non muslim beribadah artinya membiarkan kesyirikan'. Lalu menjadi ijtihad yang liar.
,"jelas Gus Baha.

Padahal di beberapa negara, Islam menjadi minoritas dan apakah mereka tidak berpikir bagaimana nasib saudara saudara mereka di negara lain, yang mana Islam minoritas disana. Di beberapa negara, Islam yang tertindas ini menjadi efek domino.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun