Mohon tunggu...
Ceramah Gus Baha
Ceramah Gus Baha Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Bismillah. Alhamdulillah. Kemanapun aku terjatuh aku terjatuh pada rahmatMu yaa Allah, Kemanapun aku meraih aku meraih pada rahmatMu yaa Allah

Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad wa a'la aali sayyidina Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gus Baha: Tidak Bisa Susah. Ridho pada Qadha dan Qadar Allah

26 Juli 2021   12:33 Diperbarui: 26 Juli 2021   13:07 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

bismillahirrahmanirrahim

Dalam hidup cobaan terkadang datang silih berganti. Banyaknya cobaan yang menimpa membuat resah dan gelisah. Tidak semua keinginan terwujud dan ketakutan akan masa depan menjadikan bersedih dengan keadaan. Begitulah emosi negatif tersebut datang pada manusia sebagai cobaan. Namun apakah kita hendak berkubang dengan perasaan negatif yang tak kunjung usai. Ketahuilah setiap orang memiliki cobaannya masing masing. Namun banyak orang masih bisa tersenyum menghadapi ujian hidupnya.

Gurunda kita KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim (Gus Baha) Hafizahullah mengatakan pentingnya ridho dengan ketetapan Allah. Mudah bahagia dan ceria sekalipun dengan hal-hal sederhana. Beliau mengutip ayat Alquran QS Yunus: ayat 62 yaitu Ingatlah sesungguhnya para Wali Wali Allah tidak takut dan tidak bersedih hati.

Sebagaimana para waliNya, tidak memiliki rasa takut  dan gelisah itu harus kita tiru. Karena kalau kita memiliki rasa gelisah maka lama lama bisa membuat menjadi tidak ridho dengan ketentuan Allah. Sehingga kita tidak puas atas qadha qadar-Nya. Padahal menjalani kehidupan akan menjadi lebih indah jika kita bersikap ceria. Mencoba mensyukuri nikmat sekecil apapun. Jika dengan minum segelas kopi atau merokok membuat kita bahagia dan ridho maka lakukanlah. Sebagaimana Gus Baha yang ketika ditanyakan kepada beliau apa hobinya. Beliau menjawab, hobi saya "Senang".

Sebagai manusia, setiap orang pasti mengalami susah. Tapi Gus Baha menyampaikan rasa susah dan sumpek itu hendaknya dihilangkan. Karena jika rasa susah tersebut dihayati dan dirasa rasa, maka lama lama bisa membuat tidak ridho pada qadha qadharnya Allah. Sehingga kita perlu mengambil sikap dengan memaksa diri merasa senang yang akan membuat jauh lebih baik. Daripada terus menerus bersedih menyiksa diri. Merasa senang dan bersyukur atas nikmat sekecil apapun. Sampai lama lama menjadi terbiasa bersyukur dan senang, tidak merasa susah lagi.

Gus Baha memiliki murid yang beragam. Sekalipun kita selaku muridnya tidak jelas, beliau tidaklah merasa susah. Tidak seperti oknum kyai saat ini yang mengeluh memiliki murid banyak tapi kelihatannya tidak jelas. Padahal Tidak seharusnya Kyai itu berpikir seperti itu. Di zaman akhir saat ini ada orang yang mengaji dengan membawa kitab itu sudahlah hebat. Ada orang mendengarkan pengajian itu sudahlah hebat, Ada orang tidak paham dan datang ke majelis itu sudah hebat. Sebab kalau paham mengaji datang ke majelis itu wajar tapi kalau tidak paham datang ke majelis itu suatu hal yang hebat. Pokoknya senang itu menjadi sebuah ibadah.

Sifat Para wali itu tidak takut dan tidak pula bersedih hati. Kadang sebagai manusia kita bisa khawatir bagaimana dengan nasib anak dan cucu kelak. Tetapi Gus Baha menjelaskan hendaknya kita ingat bahwa Kita ada karena Allah dan kita memiliki rezeki karena Allah. Banyak orang di luar sana yang kaya padahal bukanlah anak kita pribadi. Berarti yang menciptakan kekayaan bukanlah kita. Kenapa kita seakan akan berpikir sebagai pelaku sejarah. Bertanya-tanya anakku kalau tidak  kutinggalkan warisan bagaimana. Padahal banyak orang yang tidak punya warisan tetapi bisa menjadi kaya. Karena kita bukanlah siapa siapa. Bukan penentu datangnya rezeki. Di hadapan aturan dan kekuasaan Allah kita bukanlah siapa siapa.

Bahwa Rahmat Allah itu tidak terbatas, kelak anak cucu kita Tuhannya adalah Allah. Nanti cicit cicit kita Tuhannya adalah Allah. Selama Tuhannya Allah maka Allah adalah Al Kaafi atau zat yang mencukupi. Allah Arrazaq zat yang memberi rezeki. Allah itu Al Hadi zat yang memberi petunjuk.

Allah itu punya sifat yang berkelanjutan. Karena Allah Albaqi zat yang kekal yang terus menerus. Ketika Allah mensifati dirinya Arrozziq atau zat yang memberi rezeki maka sejak Nabi Adam sampai hari kiamat setiap orang akan mendapatkan Rezeki dari Allah. Sifat pemberi rezeki itu melekat pada Allah dan bukanlah pada Menteri Keuangan.

Begitu juga kekhawatiran akan agama anak cucu kelak. Kita hendaknya mengingat bahwa Allah mensifati dirinya Alhadi. Maka agama ini pernah ditinggal oleh akramunnas Sebaik baiknya manusia yaitu Nabi Muhammad SAW, pernah ditinggal sahabat, pernah ditinggal Wali Songo. Hingga saat ini agama dipegang Modin atau dijalankan pegawai Kemenag yang mendapat gaji, dipegang mubaligh yang bicara lantang. Agama ini pun tetap jalan sekalipun yang membawanya sudah tidak ideal. Dipegang orang orang ikhlas yang jadinya begini gini saja tetapi agama tetap jalan. Karena Allah memiliki sifat Alhadi. 

Maka apapun kasus yang terjadi agama ini tetaplah jalan. Salah satu murid Gus Baha adalah orang Bali. Namun sangatlah khusyuk. Padahal sehari hari di Bali bertemu turis tidak berpakaian. Dia tetap menjadi orang yang khusyu sekalipun tinggal di lingkungan tidak Islami. Karena Allah Al Hadi atau Maha Memberi Petunjuk.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun