Mohon tunggu...
Zahra Safitri
Zahra Safitri Mohon Tunggu... Lainnya - seorang anak perempuan

sukses

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengubah Nasib

24 Februari 2021   11:54 Diperbarui: 24 Februari 2021   12:03 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Inilah awal dari kesuksesan Rere dimulai, awal dari terwujudnya tekad yang ia bangun sejak kecil. Ospek mahasiswa baru dimulai hari senin, dan Rere masih belum menemukan baju yang harus ia kenakan nanti. "Ibu aku harus mengenakan baju hitam putih, tapi baju putih ku sudah sangat lusuh, bagaimana ibu ?." tanya Rere, "Pakai saja yang ada ya nak, ibu masih belum punya uang untuk membelinya, ibu masih harus membayar uang sekolah adikmu." Jawab ibunya. Rere tidak punya pilihan lain selain mengenakan pakaian putih yang sudah tidak sebersih seperti awal membeli, dalam pikirannya ia takut diejek bahkan dirundung oleh teman-temannya. Rasa khawatir itu tak bisa ia atasi, tapi ia juga tidak memiliki pilihan lain daripada harus melihat ibunya tak makan hari itu.

Hari senin telah tiba, dimana Rere harus datang ke tempat kuliahnya untuk menjalani ospek mahasiswa baru. Dalam perjalan ia masih tetap gelisah karena ia tidak memiliki teman, dan ia takut untuk diejek lagi. "Bagaimana jika aku diejek dan dikucilkan lagi seperti dulu karena aku mengenakan pakaian ini." Pikirnya dalam hati dengan gelisah. Sesampainya disana Rere kebingungan karena tak ada satupun yang ia kenali. Rere duduk sendirian dengan pikiran yang masih gugup dan gelisah. Tak lama seseorang wanita menghampirinya, "Hey namamu siapa? Mengapa sendirian disini ayo gabung dengan kami!" Ucapnya sambil tersenyum. Betapa terkejutnya Rere karena ada seorang wanita yang mengajaknya bicara, "Ah hai namaku Rere, hahaha tidak apa-apa aku selalu sendirian." Jawab Rere. Terlihat dari raut wajah wanita itu sangat heran, "Hey Rere sudahlah ayo ikut aku, bagaimana bisa kamu selalu sendirian!" timpalnya sambil menarik lengan Rere ke suatu tempat dimana teman-teman wanita itu berkumpul.

"Hey teman-teman aku dapet teman baru lagi loh, namanya Rere cantik sekali bukan?" ucapnya sambil mengenalkan Rere. Betapa malunya Rere karena pakaian yang ia pakai saat itu, sangat lusuh tak seperti teman-temannya. "Hai Rere, kenapa kamu menunduk?, perkenalkan namaku Weni senang bertemu denganmu!" Ucap salah satu temannya. "Ah maaf aku secara tidak selalu menunduk." Jawab Rere, mereka mulai berkenalan satu sama lain. Sepulang dari ospek hari pertama, mereka mempersiapkan barang-barang yang harus mereka bawa besok Bersama-sama. "Rere mau ikut tidak? Kita siapkan barang-barang untuk besok bersama." Ajak salah satu temannya, Rere bingung harus menjawab apa ia merasa tidak enak untuk menjawab tidak tapi ia juga tak membawa sepeser uangpun untuk ikut membeli barang-barang tersebut. "Ah maaf teman-teman aku tidak bisa ikut dengan kalian, masih ada urusan dirumah mungkin lain kali aku akan ikut dengan kalian." Jawabnya, "Hmmm yasudah tak apa Rere hati-hati ya....!" Timpal temannya.

Sebenarnya Rere sangat ingin ikut dengan mereka, tapi apa boleh buat Rere tidak bisa memaksakan diri daripada ia harus malu didepan teman-temannya. "Assalamualaikum ibu, Rere pulang." Ucapnya sesampai dirumah, "Waalaikumsalam bagaimana ospeknya apa berjalan lancar?" Jawab ibunya. "Alhamdulillah bu semuanya lancar, teman-temannya pun sangat ramah dan baik sekali kepadaku." Jawabnya sambil tersenyum gembira. Terlihat dari raut wajah ibunya kalau ibunya pun senang ketika mendengar jawaban Rere. Setelah perbincangan itu Rere langsung makan karena setelah itu ia harus membantu ibunya dan menyiapkan barang bawaan untuk esok hari.

Hari kedua ospek mahasiswa baru pun dimulai, Rere mulai mengeluarkan semua barang bawaannya. Tetapi Rere tak membawa salah satu barang yang diperintahkan itu, "Aduh kok aku apelnya ga ada sih, gimana ini pasti aku dihukum." Lirihnya dengan sangat gelisah. Weni langsung mendekatinya, "Hey Rere kenapa? Apa kamu tidak membawa apel?" Tanya Weni. "Iya nih Weni tapi aku dengan jelas sudah memasukannya kedalam tas kemarin sudah aku cek juga tapi kok hari ini tidak ada ya, gimana ini sudah jelas aku pasti akan dihukum." Jawabnya Rere sambil mengecek tasnya. "Sudah Rere tenang saja aku membawa dua apel, nih bawa saja apelku satu!" Ucapnya sambil memberikan apel, "Memangnya tidak apa-apa weni?" Jawab Rere. "Tidak apa-apa Rere, lagian kan cuman disuruh bawa satu apel." Jawab Weni, "Terimakasih, terimakasih banyak Weni aku tidak bisa membayangkan kalau kau tidak memberikanku apel ini." Timpal Rere. Weni hayang mengangguk sambil tersenyum setelah mendengar ucapan Rere.

Seminggu sudah Rere menjalani ospek mahasiswa baru, ia pun semakin dekat dan akrab dengan teman-temannya yang selalu membantu selama ospek. Mereka menjalani kehidupan perkuliahan dengan sangat menyenangkan, hingga suatu hari ada sifat Rere yang berubah. Sifat Rere yang rajin itu perlahan memudar karena pengaruh teman-temannya. Beriringan dengan berubahnya sifat Rere, ia pun menjadi sangat terkenal dikalangan para pria karena kecantikannya. Hingga suatu hari seorang pria mendekatinya, "Eh Rere ya? Anak PGSD kan? Aku Jimmy dari fakultas PJKR salam kenal ya!" Ucap pria itu smabil mengulurkan tangan. "Oh hai ya aku Rere, ssalam kenal juga!" Jawab Rere sambil menjabat tangan pria itu. Mereka berdua asik berbincang hingga tak sadar bahwa waktu sudah menunjukan pukul 4 sore. "Eh udah jam 4 sore nih, duh ga kerasa banget ya udah sore lagi." Ucap Rere, "Haha iya nih, soalnya ngobrolnya sama orang cantik jadi ga kerasa deh!" Jawab Jimmy sambil sedikit menggoda Rere. "Haha bisa aja, yasudah aku pulang duluan ya Jimmy aku harus bantu ibuku." Ucap Rere, "Oh ya hati-hati aku juga akan pulang sampai bertemu besok." Jawab pria itu.

Sesampainya dirumah ibunya bertanya kepada Rere, "Kamu kemana aja sih kok jam segini baru pulang?" dengan nada yang sedikit tinggi. "Aku habis kuliah lah bu memangnya aku mau kemana lagi kan aku ga punya uang." Jawab Rere dengan sediki menyolot. Ibunya hanya bisa menggelengkan kepala mendengar jawaban Rere. Rere bergegas mandi dan makan, selepas itu ia membantu ibunya dan membereskan barang bawaan untuk esok kuliah.

Setiap pagi Rere berjalan kaki menuju tempat kuliahnya, jarang sekali ia menaiki angkutan umum sebab ia tak memiliki uang yang cukup. Temannya Weni selalu membayarkan Rere dan teman-teman yg lain makan, sebab Weni lah yang paling banyak memiliki uang. Karena Rere kekurangan diperekonomian, Rere tak jarang meminta uang dari para pria yang mendekatinya untuk biaya kuliahnya. Rere tak mau memberatkan ibunya, tetapi Rere pun tak pernah memaksa para pria itu untuk memberikannya uang. Cara yang diambil Rere memang salah akan tetapi ia tidak memiliki pilihan lain, karena Rere sudah tak bekerja lagi.

Suatu ketika Rere dan teman-temannya memperolah nilai semester 3, dijumpainya nilai E pada daftar nilai Rere dan teman-temannya. Mereka panik karena mereka takut tidak lulus, "Gimana ini kok ada nilai E? bagaimana kalo kita tidak lulus tepat waktu?" Ucap Rere dengan gelisah. "Tenang Rere, kita pasti bisa merubah nilai E ini, kita harus tenang agar ada jalan keluar." Jawab salah satu temannya. Mereka termenung memikirkan bagaimana caranya mengubah nilai yang jelek itu. Salah satu temannya berkata "Ah bagaimana kalau Rere mendekati dosen, Rere kan cantik dan dia pandai bicara, giman teman-teman?", "Ha? Aku? Kalian yakin?" Jawab Rere dengan terkerjut dan terheran-heran. "Nah bener tuh, tenang aja Rere kita bakal mendandani kamu biar kamu tambah cantik ." jawab temannya. Dengan hati yang berat Rere menyetujui cara itu, sebab Rere pun tidak mempunyai cara lain.

Sehari setelah mereka merundingkan cara itu, Rere langsung berusaha mendekati dosennya. Rere mulai aktif bertanya, dan menjawab pertanyaan dari dosennya. Rere sering dipanggil oleh dosen itu, sehingga Rere dapat dengan mudah mendekati dosennya. Hingga suatu hari ia telah ditunjuk menjadi asisten dosen atau singakatannya asdos. Dosen itu mempercayai Rere untuk memberikan nilai pada mahasiswa lainnya, dengan begitu Rere dapat memberikan nilai A pada nilai Rere dan teman-temannya. Ya cara ini memang tidak patut untuk ditiru, tetapi selepas itu mereka selalu berkumpul selepas kuliah untuk mempelajari kembali materi yang dijelaskan dosen. Mereka tak sepenuhnya berlaku curang, karena mereka masih tetap mempelajari materi yang disampaikan.

Dalam diskusinya itu mereka terkadang meluapkan rasa penyesalannya, karena berlaku curang. Mereka pun memutuskan untuk berhenti berlaku curang itu. Mereka merasa tidak enak kepada teman-teman yang lain, ketika yang lain berusaha keras untuk mendapatkan nilai yang bagus sedangkan mereka mendapatkan nilai itu dengan curang. "Hey aku pikir kita tidak bisa begini terus, walaupun memang tidak ketahuan oleh teman yang lainnya akan tetapi ini cukup keterlaluan." Ucap Rere. Mereka mulai merenungkan hal itu lagi, dan mereka pun memutuskan untuk tidak berbuat seperti itu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun