Mohon tunggu...
Heavenly You
Heavenly You Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Memaafkan

17 Desember 2017   21:37 Diperbarui: 17 Desember 2017   22:05 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Memaafkan. Suatu kata yang selalu dipertanyakan orang - orang. Tanpa kita sadari kita pasti pernah berada di posisi ini. Di posisi dimana kita mempertanyakan mengenai kata sederhana ini. Mengenai memaafkan. Dan bagi dia, sekarang adalah waktunya. Waktu bagi dia untuk belajar memaafkan.

Ceritanya cukup sederhana. Hanya seperti cerita pada umumnya. Seorang gadis yang merasa tersakiti hingga ia merasa tidak mampu untuk memaafkan orang tersebut. Ia merasa terlalu sakit dan tidak mampu untuk memberikan pengampunan, Lucu bukan. Padahal Tuhan saja mampu memaafkan manusia dengan mudahnya ketika manusia itu memohon maaf dengan sungguh - sungguh. Bodoh mungkin kata yang lebih tepat. Karena gadis itu terbutakan oleh rasa sakit yang hanya sementara.

Satu, dua bulan berlalu. Dia masih merasakan sakit dan perihnya. Tidak berubah, Waktu tidak menyembuhkan perasaan sakitnya. Ada yang salah, pikirnya akhirnya. Ia merasa tidak tenang. Ia merasa perasaannya semakin gundah. Pikirannya berkelabu, mencari penyebabnya, Dalam hatinya yang paling dalam tentu ia tahu apa penyebabnya. Tapi saat itu ia masih sombong. Sombong karena merasa dia orang yang paling tersakiti. Hingga ia masih merasa percaya diri untuk tidak memaafkan.

Hingga pada akhirnya dia sampai di titik kesadaran itu. Entah apa yang membuatnya sampai di titik awal perjalanan. Yang ia tau telah tiba di titik itu. Di titik dimana ia menyadari bahwa ia harus memaafkan. Ya, memaafkan orang itu. Orang yang bahkan tidak ingin ia sebut dan lihat lagi.

Memaafkan. Ia berpikir, Darimana aku harus mulai? Tak tau arah dia mencari - cari. Cara untuk memaafkan. Ia bertanya. 

Mudah saja. Memaafkan seseorang dimulai dengan menerima segala kenyataan. Kenyataan bahwa kau pernah melakukan suatu kesalahan dengan berharap pada manusia dan bukan pada Tuhan. Menerima kenyataan bahwa makhluk ciptaan-Nya telah menyakitimu. Menerima kenyataan bahwa kamu telah terbodohi, oleh angan - angan perasaan yang memang seharusnya tidak dirasakan.

Lalu apa? Jika aku sudah menerima akankah aku mampu untuk memaafkan?

Menerima hanyalah salah satu langkah dalam perjalanan panjang ini. Langkah selanjutnya adalah berdamai, Berdamai dengan masa lalu mu, Setelah kamu menerima segala kenyataan pahit itu maka berdamaii lah. Terima itu semua. Rangkul semua rasa sakit yang kau rasa. Janganlah kau lepaskan agar kau kelak bisa berdamai,

Berdamai. Terdengar berat. Bagaimana aku mampu merangkul semua rasa sakit ini? Hanya dengan membayangkannya saja ingin rasanya aku buang jauh - jauh semuanya.

Manusia begitu mudah menyerah, Menyerah akan perasaan mengecewakan, dan sakit. Padahal jika kau melihatnya dari sisi lain seharusnya kau bersyukur. Bersyukur telah diberi kesempatan oleh Tuhan untuk merasakan rasa pahit itu. Bersyukur karena tidak hanya diberikan rasa manis oleh Tuhan. Karena rasa pahit itu yang akan membimbingmu menjadi lebih baik. Membawamu naik satu tangga di tangga kehidupan.

Jika kau telah berhasil berdamai dengan masa lalu, maka maafkanlah dirimu sendiri. Hal itulah yang terpenting dalam perjalanan ini. Memaafkan diri sendiri, Mungkin terdengar gampang. Tapi kenyataannya, bagian ini lah yang menghambatmu untuk memaafkan orang lain. Karena kau tidak mau atau tidak mampu memaafkan dirimu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun