Mohon tunggu...
ZAHRA LABYBA ALY
ZAHRA LABYBA ALY Mohon Tunggu... Lainnya - -

Mahasiswi PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Adaptasi Pesantren di Masa Pandemi

14 Desember 2020   14:20 Diperbarui: 16 Desember 2020   11:27 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejak awal tahun 2020 hingga kini virus Covid 19 masih menjadi pusat perhatian di  Indonesia, khususnya bagi Pondok Pesantren. Pondok pesantren yang merupakan Pendidikan Tradisional karena mempunyai ciri khas nya sendiri dalam system Pendidikan nya, harus bisa mengelola dengan baik kegiatan nya sebagai upaya pemeliharaan Pesantren agar tetap terlaksana di tengah Pandemi ini. Adanya Pandemi ini menyebabkan dampaknya terhadap kegiatan belajar mengajar dan ekonomi Pesantren. Adapun Sebagian Pondok Pesantren yang melakukan kegiatan belajar mengajar nya dengan metode pembelajaran Online untuk mengikuti arahan Pemerintah agar mencegah penyebaran virus yang lebih luas.

Pimpinan Pondok Pesantren Al-Masyhad Litarbiyatil Akhlak wal Adab, yang berlokasi di kampung Cijurai, desa Cikurutug, kecamatan Cireunghas, kabupaten Sukabumi Jawa Barat, KH. Aly Abdil Barr, M.Ag. (sebagai kepala sekolah SMP Al-Masyhad) mengatakan, dampak pandemi COVID-19 sangat dirasakan pesantren terutama pesantren-pesantren yang sangat mengandalkan SPP, dapur, kantin, dan koperasi yang sangat bergantung pada keberadaan santri. Ritel dan waralaba di Al-Masyhad, misalnya, sempat tidak beroperasi selama satu bulan karena tidak ada santri. Tapi karena ada beberapa unit usaha Al-Masyhad yang tidak bergantung pada santri seperti bisnis gamis dan koko, perekonomian Al-Masyhad menjadi stabil. “Ini yang terjadi di Al-Masyhad dan lembaga-lembaga di bawah naungan yayasan Masyhad An-Nur,” bebernya.

Karenanya pihaknya bersyukur sebab hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan operasional dan kesejahteraan guru di Al-Masyhad bisa terpenuhi. “Alhamdulillah kita tidak sampai memutus hubungan kerja dengan guru-guru. Guru-guru masih mendapatkan kesejahteraan, THR dan hak-haknya setiap bulan tanpa ada perubahan sama sekali. Ini kesyukuran bagi Al-Masyhad karena kita punya bidang-bidang usaha yang tidak bergantung captive market. Kita punya bidang-bidang usaha yang tahan krisis seperti agribisnis dan lain sebagainya,” imbuhnya.

Produk terbaik pesantren yaitu pendidikan agama dan pendidikan akhlak. Produk itu bisa dikapitalisasi menjadi penyedia pendidikan berbasis online. Bagaimana memformat ulang pendidikan yang tidak hanya bisa dijalankan oleh santri tapi juga masyarakat umum melalui online. Misalnya pendidikan bahasa Arab melalui dirrect method seperti di Al-Masyhad tetapi berbasis online.

Pendidikan terkait karakter dan leadership yang ada di pesantren juga bisa dikemas dalam format online. “Ini menarik. Bagaimana kita berpikir agar pandemi ini tidak hanya menjadi wabah tapi juga mengubahnya menjadi potensi yang bisa dikembangkan,” ungkapnya.

Uniknya Pandemi COVID-19 tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan santri membayar SPP. Buktinya hampir sama seperti sebelumnya beberapa santri juga ada yang tidak lancar membayar SPP. “Biasanya ada sekitar 20 persen dari total santri yang belum bayar SPP,” paparnya. Kendati demikian Pesantren Al-Masyhad memiliki strategi tersendiri dalam memenuhi kebutuhan operasional dan kesejahteraan guru. Al-Masyhad memiliki cadangan dana untuk dipakai saat emergency agar aktivitas pondok tetap berjalan.

“Kalau untuk kesejahteraan ustadz tiga bulan ke depan sudah kita cadangkan. Paling program-program lain yang sedikit dikurangi. Misalnya, pemeliharaan serta sarana dan prasarana dikurangi budgetnya,” katanya.

Terbiasa Lockdown

Di sisi lain pesantren Al-Masyhad tidak memulangkan seluruh santrinya sebagaimana pesantren lainnya. Bahkan ketika lebaran tiba banyak santri yang tidak ingin mudik dikarenakan aturan yang berat ketika harus kembali masuk pondok. Salah satu syaratnya, mereka harus membawa surat keterangan sehat dengan menyertakan surat bebas covid-19.

“Ketika ada pesantren lain memulangkan santrinya, untuk waktu yang lama, maka Al-Masyhad tidak ikut-ikutan memulangkan santrinya. Alhamdulillah unit usaha pondok berjalan seperti biasa dengan mengikuti protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Untuk unit usaha pondok, pokoknya yang konsumennya santri saya kira tidak ada perubahan. Sementara unit usaha yang ada di luar pondok yang mungkin sedikit berkurang,” jelasnya kepada Masyhad Channel.

Sebagaimana diketahui Pondok Pesantren Al-Masyhad telah melakukan lockdown dan upaya-upaya sesuai protokol kesehatan intensif sejak bulan Maret. Terkait hal ini Juru Bicara Satgas COVID-19 Al-Masyhad, H. Sahal Ali, S.Pd. mengatakan, seluruh santri dan guru diwajibkan mengikuti protokol kesehatan, memakai masker, menggunakan hand sanitizer dan rajin mencuci tangan serta wudhu. “Sejak muncul corona, PP. Al-Masyhad telah memberlakukan hal itu, mengecek suhu badan, penyemprotan disinfektan dan lain sebagainya, dan para santri lebih memperhatikan kebersihan dan Kesehatan” imbuhnya. Tidak kalah penting yang biasa nya santri selalu membudayakan salaman mencium tangan Kiai sekarang di ganti dengan tidak saling bersentuhan melainkan meletakkan tangan di dada saat berhadapan dengan Kiai dan pengasuh Pondok. Sehingga protokol menjaga jarak selalu di terapkan tanpa mengurangi rasa hormat serta budaya atau tradisi santri terhadap Kiai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun