Mohon tunggu...
Zahra Ayu Agustin
Zahra Ayu Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Brawijaya

Saya merupakan mahasiswa di Universitas Brawijaya dengan jenjang S1 Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integrasi Iman dan Ilmu dalam Islam

29 November 2021   09:40 Diperbarui: 29 November 2021   10:30 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Integrasi atau holisme dianggap sebagai stigma abad yang baru. Jika modernitas memberatkan pada spesialisasi, maka postmodernisme memberatkan pada integralisme, tidak hanya membuat hambatan fisik dan teritorial hilang, tetapi juga menghilangkan hambatan restriktif di perspektif yang lebih luas maknanya, seperti tidak adanya batas-batas yang dilindungi dan dipelihara dengan erat. Metode ilmiah dan epistemologi juga berpindah dari metode ilmiah. Dalam hal ini, berkembangnya pembahasan keilmuan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri, tetapi akan berkaitan dengan isu-isu lain, termasuk agama. Di sisi lain, sesuatu yang berhubungan dengan agama akan selalu berkaitan dengan berkembang pesatnya ilmu sains dan teknologi. Dari sini, integrasi sains dan agama menjadi sangat penting. Pada dasarnya ilmu alam sudah mulai mempertanyakan apa itu “moral dan religius”, misalnya untuk apa ilmu digunakan? Di mana batas otoritas eksplorasi ilmiah? Ke arah mana perkembangan ilmu pengetahuan harus diarahkan?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sangat penting sekarang. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, para ilmuwan mau tidak mau harus menggunakan moralitas dan agama. Artinya, diskusi tentang integrasi ilmu-ilmu yang berkaitan dengan agama tidak bisa dihindari. Seiring berkembangnya zaman tentunya kita harus semakin sadar akan pentingnya mengintegrasikan iman dan ilmu. Seseorang yang berilmu tetapi tidak beriman akan sangat sia-sia, begitupun sebaliknya. Sebagai muslim kita diwajibkan untuk beriman, tetapi kita juga diwajibkan untuk menjadi orang yang berilmu. Seiring berkembangnya zaman dan muncul ilmu-ilmu pengetahuan baru, jangan sampai membuat kita melupakan nilai-nilai agama. Oleh karena itu kita perlu mengintegrasikan ilmu dan iman kita agar seimbang. Jangan sampai kita larut dengan hal-hal yang bersifat duniawi sampai melupakan akhirat.

Jika kita berbicara tentang integrasi, berarti kita membicarakan bagaimana cara menyatukan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada di dunia dengan ilmu agama. Itu juga bertujuan untuk membangun sains islam yang dulu pernah dianggap tiada. Kita juga harus menyeimbangkan iman dan ilmu kita sedari kecil, karena masa-masa kecil lah yang paling mudah untuk dibentuk menjadi pribadi yang baik. Kita harus mengajarkan bahwa tidak hanya ilmu pengetahuan dunia saja yang penting untuk dipelajari, tetapi ilmu akhirat pun tidak kalah penting. Itu sangat penting untuk diajarkan agar seseorang tersebut bisa menjadi pribadi yang benar dan berada di jalan yang diridhai Allah.

Definisi Iman

Iman (amana - yu’minu - imanan) secara harfiyah (etimologis) artinya percaya dengan yakin. Iman adalah sesuatu yang harus kita Yakini dalam pikiran, lisan, dan perbuatan kita. Iman menandakan kita percaya kepada Allah dan para utusan-Nya. Dengan beriman, kita diwajibkan untuk senantiasa mengerjakan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya.  Iman sendiri merupakan hal yang sangat mendasar jika kita memeluk agama Islam. Tanpa menjadi orang yang beriman, kita tidak bisa disebut muslim. Jika kita memeluk agama Islam, setidaknya kita harus mempercayai 6 hal, yaitu Tuhan kita Allah SWT, para malaikat, pada kitab Allah, Nabi dan Rasul, hari kiamat, dan yang terakhir adalah mempercayai qada’ dan qadar. 6 hal tersebut dinamakan rukun iman, seperti pada penggalan ayat Al-Qur’an berikut,

“Hai orang-orang yang beriman! Yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya, dan kepada Kitab-Kitab yang diturunkan-Nya terdahulu. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-KitabNya, Rasul-Rasul-Nya, dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat jalan sejauh-jauhnya” (Q.S. 4:136).

Iman merupakan hal pertama dan paling dasar untuk kita ketahui jika menjadi umat islam, contoh mengimplementasikannya adalah dengan mengucap dua kalimat syahadat. Tanpa mempunyai iman, berarti kita tidak bisa disebut sebagai orang Muslim, karena arti dari iman sendiri ialah ‘percaya’, jika kita tidak percaya kepada Tuhan kita sendiri yaitu Allah, bagaimana kita mau diucap sebagai orang yang beriman. Kata iman sendiri menurut wazan transitif artinya menganugerahkan ketentraman atau perdamaian.  Hal itu sangat benar jika diimplementasikan ke kehidupan nyata kita, jika kita mempunyai iman atau percaya kepada Allah, itu akan membuat diri kita damai dan tenteram. Tidak terbayang bagaimana jika seseorang tidak beriman, hidupnya akan gundah dan tidak mempunyai ‘sandaran’ yang ia percayai. Oleh karena itu, iman sendiri sangat penting dan menjadi kewajiban kita untuk mempercayai Allah dan Rasulnya. Iman atau percaya kepada Allah bukan hanya diikrarkan dalam hati, tetapi juga harus diucapkan oleh lidah, dan diimplementasikan ke kehidupan sehari-hari kita. Kita harus melakukannya dengan penuh keyakinan tanpa adanya sedikitpun keraguan untuk mempercayai Allah dan Rasulnya. Oleh karena itu, iman bukan hanya diucapkan tapi juga mempengaruhi perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari. Iman menyatu dalam diri seseorang yang dibuktikan oleh perbuatannya.

Definisi Ilmu

Ilmu atau dalam bahasa Arab disebut dengan ‘ilm yang bermakna pengetahuan merupakan derivasi dari kata kerja ‘alima yang bermakna mengetahui.  Secara etimologi, ilmu berasal dari akar kata ‘ain-lam-mim yang diambil dari perkataan ‘alamah, yaitu ma’rifah (pengenalan), syu’ur (kesadaran), tadzakkur (pengingat), fahm dan fiqh (pengertian dan pemahaman), ‘aql (intelektual), dirayah dan riwayah (perkenalan, pengetahuan, narasi), hikmah (kearifan), ‘alamah (lambang), tanda atau indikasi yang dengan sesuatu atau seseorang dikenal. Dalam memaknai ilmu secara istilah, ada dua pengertian, pertama, ilmu adalah sesuatu yang berasal dari Allah SWT, dapat dikatakan bahwa ilmu memperkenalkan makna sesuatu atau objek ilmu ke dalam jiwa para pencari ilmu; kedua, sebagai makhluk. ilmu dapat diartikan sebagai makna jiwa mencapai sesuatu atau objek pengetahuan.  Artinya, sains mencakup segalanya. Selain itu, kedatangan masalah merupakan proses yang membutuhkan persiapan psikologis dan spiritual yang aktif dari para pencari ilmu di satu sisi, dan kebahagiaan dan kasih sayang di sisi lain Allah SWT yang memberikan ilmu. Definisi ini berarti bahwa perolehan pengetahuan dan gagasan, yang juga dikenal sebagai proses jiwa bergerak menuju makna, adalah proses spiritual.

Menurut Ibnu Khaldun, ilmu itu ada dua macam yaitu ilmu naqliyah dan ilmu aqliyah. Ilmu naqliyah adalah ilmu yang berasaskan otoritas atau ilmu tradisional zaman dahulu, sedangkan ilmu aqliyah adalah ilmu yang berasaskan pemikiran dan dalil yang rasional. Contoh dari ilmu naqliyah adalah Al-Qur’an, hadist, tafsir, dan lain-lain, sedangkan contoh dari ilmu aqliyah adalah filsafat, matematika, fisika, dan semacamnya.

Jenis-jenis ilmu juga diklasifikasikan lagi menjadi ilmu ma’rifah dan ilmu sains. Ilmu ma’rifah bisa disebut juga dengan ilmu pengenalan. Hukum mempelajari ilmu ma’rifah adalah fardhu ain, artinya diwajibkan kepada setiap individu untuk mempelajarinya dan akan mendapat dosa jika tidak mempelajarinya. Sedangkan hukum mempelajari ilmu sains atau ilmu pengetahuan adalah fardu kifayah, artinya diwajibkan kepada setiap kelompok orang untuk mempelajarinya, tidak diwajibkan untuk setiap individu. Jika salah seorang ada yang mempelajari ilmu sains atau ilmu pengetahuan, maka gugur kewajiban individu yang lain untuk mempelajarinya. Jadi, di dalam agama Islam tidak hanya diwajibkan untuk mempelajari ilmu agama atau spiritual saja, tetapi kita juga diwajibkan untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang lainnya. Dengan ilmu agama kita bisa mempelajari keberadaan atau tanda-tanda keesaan Allah dengan ayat-ayat qauliyyah, sedangkan dengan ilmu pengetahuan atau ilmu sains, kita bisa mempelajari alam semesta ini yang di mana ini semua adalah ciptaan Allah. Jika kita mempelajari kedua ilmu tersebut, maka kita telah mengimplementasikan salah satu ayat Al-Qur’an yaitu surah Ali Imran ayat 190-191 yang berbunyi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun