Mohon tunggu...
Zahirah LuthfiyahElfahmi
Zahirah LuthfiyahElfahmi Mohon Tunggu... Lainnya - all in

berbagi opini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Paradiplomasi Kalimantan Timur dalam Erau International Folk Art Festival (EIFAF)

20 Januari 2021   08:00 Diperbarui: 20 Januari 2021   08:19 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tenggarong merupakan salah satu destinasi wisata nasional (DPN) di Kalimantan Timur yang memiliki berbagai jenis daya tarik wisata terutama daya tarik wisata budaya dan buatan. Besarnya potensi warisan budaya baik dari segi keunikan maupun keragamannya menjadi sebuah daya tarik sendiri bagi wisatawan. Dalam pengembangan warisan budayanya, Tenggarong melakukan paradiplomasi di tingkat daerah melalui festival kebudayaan yaitu Erau International Folk Art Festival (EIFAF). 

Sektor pariwisata saat ini menjadi salah satu sektor primadona dalam menghasilkan keuntungan negara selain dari sektor pertambangan. Sektor ini dapat lebih berkembang dan berbeda dengan sektor pertambangan karena padat karya dan banyaknya tenaga kerja sehingga diharapkan saat berperan langsung dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Sektor pariwisata di Kalimantan Timur akan menjadi sektor terbaik yang mewujudkan visi daerah ini yaitu terwujudnya Kalimantan Timur sebagai daerah tujuan pariwisata yang berdaya saing menuju masyarakat sejahtera.

Di Indonesia, salah satu bagian dari unsur sub-negara yang kemudian mengalami perubahan masif dalam hal kapabilitasnya adalah Provinsi serta Kabupaten/Kota. Salah satu daerah yang mengalami perubahan tersebut adalah Kabupaten Kutai Kartanegara  di Provinsi Kalimantan Timur. 

Setelah terbentuknya era otonomi daerah, Kabupaten Kutai  Kartanegara terangkat statusnya menjadi kabupaten terkaya di Indonesia dengan hasil migasnya yang melimpah. Dengan kapasitas yang bertambah besar, Kabupaten Kutai Kartanegara melakukan beberapa kebijakan yang sebelumnya belum pernah terlaksana, salah satunya dalam bidang budaya yakni melakukan upacara adat Erau dengan festival internasional.

Acara adat Erau sendiri adalah warisan budaya dari Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura (Kesultanan yang berkuasa diwilayah Kutai Kartanegara sebelum bergabung dengan Indonesia). Istilah Erau  terambil dari  kata "Eroh" dalam Bahasa Melayu Kutai yang bermakna ramai, riuh dan penuh suka cita (Disbudpar Kukar  2012). 

Seiring dengan arus  reformasi  dan desentralisasi  yang terjadi  di Indonesia  diakhir dekade 90-an dan awal 2000, perhatian terhadap warisan budaya manusia seperti upacara adat dan sebagainya pada skala global semakin diperkuat dengan adanya Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage yang dikeluarkan oleh UNESCO.

Internasionalisasi Erau mulai terbentuk pada tahun 2013 ketika Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara mulai aktif bekerjasama dengan International Council of Organization of Folklore Festivals and Folk Arts atau CIOFF, yaitu sebuah lembaga konsultasi formal yang ditunjuk oleh UNESCO untuk menjalankan misi kebudayaan di dunia. Dengan terus berjalannya aturan Pemerintah Kutai Kartanegara membentuk upacara adat Erau ini dengan International Folk Art Festival sehingga sejak tahun itu event ini secara resmi diberi nama Erau International Folk Art Festival (EIFAF).

Tradisi Erau dilaksanakan setiap tahun sekali yang pelaksanaanya dilakukan oleh kerabat keraton atau istana dengan pusat di Kota Tenggarong dan penutupan dilakukan di desa Kutai Lama Kecamatan Anggana. Desa Kutai lama ini merupakan Desa yang terletak di pinggir sungai mahakam, desa yang terletak di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. 

Pada awal abad ke-13 Desa Kutai Lama ini merupakan pusat dari kerajaan Kutai Kartanegara, sebelum akhirnya berpindah ke Kota Tenggarong. Pelaksanaan budaya ini dilakukan selama seminggu dengan beberapa macam pesta budaya nusantara. Erau berasal dari bahasa Kutai yang artinya ramai, riuh, ribut serta suasana yang penuh dengan suka cita. Suasana yang ramai, riuh rendah suara tersebut dalam arti banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik bersifat sakral, ritual, maupun hiburan. Tradisi Erau ini turun temurun telah dilakukan oleh Masyarakat Kutai.

Tradisi Erau dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas limpahan hasil bumi yang diperoleh oleh rakyat kutai dengan tujuan untuk mensucikan atau membersihkan diri dari berbagai macam hal-hal jahat. Pelaksanaan Erau ini digelar oleh para orang-orang keraton atau kerabat istana dan pada saat dilaksanakanya tradisi erau ini juga tidak terlepas dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sehingga Pemerintah Kabupaten, Dinas Kebudayaan, serta Dinas Pariwisata juga sangat berpartisipasi dalam pelaksanaanya baik berupa dana, tenaga dan juga ide-ide serta pada tahap pelaksanaanya saling membantu satu sama lain.

Prosesi dalam pelaksaaan tradisi erau ini sangat banyak dan penting untuk kita ketahui, dan semua prosesi yang dilakukan mengandung makna sakral yang baik bagi semua masyarakat kutai. Tradisi yang turun-temurun ini selalu dilakukan dan sangat penting bagi suatu masyarakat untuk menjaga, melestarikan serta mengembangkanya agar menjadi suatu tradisi budaya yang lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun