Mohon tunggu...
Zahara Purnama
Zahara Purnama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

INTP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Circle Pertemanan Menjadi Alasan Banyaknya Mahasiswa yang Depresi

15 Desember 2022   20:25 Diperbarui: 15 Desember 2022   20:57 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Circle Pertemanan atau lingkaran pertemanan yang didalam nya terdapat dua orang atau lebih dan berkumpul membentuk kelompok karena berbagai alasan. Kebanyakan mereka yang tergabung dalam sebuah circle merupakan orang-orang yang memiliki kepribadian, tujuan, kesukaan bahkan selera humor yang sama. 

Circle pertemanan ini sangat lekat hubungannya dalam memberikan pengaruhnya terhadap pola pikir, sikap, perasaan, tingkah laku, dan juga bagaimana cara mahasiswa menyesuaikan diri terhadap lingkungan dimana mereka berada.

Manusia memang makhluk sosial yang memiliki kelebihan memilih dan memikirkan dengan siapa ia ingin berteman. Keberadaan sebuah circle ini tidak bisa dihindari karena pada umumnya sebuah circle akan terbentuk secara natural karena sebuah alasan umum seperti satu kelas, satu jurusan, satu wilayah atau bahkan bisa terbentuk karena sebuah alasan khusus seperti dianggap memiliki kedekatan emosional apabila kehadiran dirinya dalam suatu kelompok tersebut dihargai, merasa nyaman, dan merasa memiliki satu frekuensi obrolan topik yang sama. 

Pemaknaan sebuah circle bisa berbeda-beda tergantung dengan siapa mereka berkelompok. Tak jarang sekali kita jumpai banyak circle pertemanan yang justru berdampak negatif bagi mereka.

Namun, kita tidak bisa menutup mata mengenai circle pertemanan yang masih membawa dampak yang positif, circle pertemanan yang positif ini sebenarnya terlihat sangat mecolok jika kita bisa teliti, mereka yang tergabung kedalam circle yang positif biasanya memiliki pola pikir, tutur kata dan kepribadian yang baik. Pertemanan yang baik akan memberikan banyak kegiatan positif yang lebih tinggi, perasaan kepuasan dan kebahagiaan yang lebih tinggi. 

Mereka yang tergabung dalam pertemanan yang positif pasti tingkat stressnya rendah. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang merasa tertekan atau tidak menjadi dirinya sendiri ketika berteman, maka tingkat stresnya akan tinggi karena mereka tidak bisa menikmati kebahagiaan yang seharusnya mereka dapatkan.sala

Selektif dalam memilih lingkaran pertemanan memang benar-benar penting, konteks selektif disini bukan berarti kita membeda-bedakan teman dalam suatu lingkungan pergaulan, namun selektif disini memiliki arti sebagai filter untuk memilih apa yang baik dan buruk untuk kita dengan mempertimbangkan berbagai alasan agar kita bisa meminimalisir efek yang nantinya akan terjadi. 

Dengan demikian, kita bisa menempatkan dan memposisikan diri kita untuk berada di circle yang tepat. Kehidupan mahasiswa yang cenderung bebas membuat tak sedikit mahasiswa yang terjerumus pada lingkungan pertemanan yang negatif. Lingkungan pertemanan yang negatif ini bisa membentuk banyak sekali kebiasaan buruk yang tidak mereka harapkan.

Mengutip dari salah satu opini yang ditulis oleh Anindya Kintarani dalam blog kumparan, Menurut Victoria Andrea Munoz Serra, toxic friendship adalah mereka yang mengatakan kata teman, tetapi tindakannya akan menimbulkan rasa sakit, karena perilaku mereka bukanlah yang di harapkan dalam sebuah persahabatan. 

Suatu hal yang sangat disayangkan dari circle pertemanan yang toxic adalah hilangnya jati diri. Hal ini disebabkan individu yang berada di dalamnya tidak dapat menerima kita apa adanya. Sehingga bagi beberapa orang ia akan bertindak dan berpenampilan sesuai dengan opini orang-orang di sekitarnya dengan alasan takut jika nanti akan dijauhi oleh teman-temannya.

Berada di lingkungan pertemanan yang baik adalah salah satu cara untuk menjaga diri dari masalah kesehatan mental, seperti depresi contohnya. Lingkungan pertemanan yang benar-benar menyoroti soal wajah, bentuk tubuh dan dituntut sesuai "standard" yang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia bisa menjadi salah satu alasan mahasiswa merasa stress hingga depresi, tak hanya masalah fisik saja yang bisa menjadi masalah disini, perbedaan pola pikir, cara pandang dan bagaimana mereka bertingkah bisa juga menjadi alasan mengapa mahasiswa banyak yang stress hingga menjadi depresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun