Mohon tunggu...
Zahara Sitio
Zahara Sitio Mohon Tunggu... Jurnalis - Penikmat Kopi

"Chance Never Comes Twice"

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Filosofi Markus dan Legius untuk Perubahan di Tator, Berawal di Akhir, Berakhir di Awal

18 November 2019   18:16 Diperbarui: 18 November 2019   18:42 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ir. Legius Paliling, M.Eng dan Markus Aruan, SE. Dok. Foto/ISTIMEWA

TANA TORAJA. Filosofi perubahan yang bakal diterapkan Markus Aruan dan Legius Paliling jika kelak terpilih menjadi pelayan resmi di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Tana Toraja (Tator) pada tahun 2020 mendatang yakni berawal di akhir dan berakhir di awal.  

Legius menuturkan filosofi berawal di akhir (hilir) dan berakhir di awal (hulu) ini pernah diterapkan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ketika BJ Habibie menjabat sebagai Menristek dan Ketua BPPT.

Istilah berawal di hilir dan berakhir di hulu ini adalah sebagai pencerahan BJ Habibie kepada para peneliti di BPPT. Dan filosofi ini dilakukan oleh para peneliti BPPT di Indonesia untuk mendasari kajian dan terapan-terapan teknologi untuk diaplikasikan di Indonesia. 

"Benar, dalam melakukan pola perubahan, kami akan terapkan filosofi berawal di hilir atau akhir dan berakhir di hulu atau awal seperti yang pernah diterapkan Bapak Habibie di BPPT," ujar Legius.

Markus dan Legius mengaku sengaja menerapkan filosofi perubahan yang diinisiasi BJ Habibie ini untuk membuat lompatan-lompatan mutakhir dalam kemajuan teknologi di Tana Toraja.

"Kami mau ada lompatan teknologi di Tana Toraja sehingga dapat sejajar dengan daerah-daerah maju lainnya yang ada di Indonesia," tambah Legius.

Perubahan

Perubahan yang mereka gaungkan melalui tag line Wajah Baru Tana Toraja (WBTT) terutama di media sosial bukan hanya sebatas klise. Perubahan yang ditawarkan adalah memastikan masyarakat Tana Toraja nyaman dan merasa indah hidup di bumi Tana Toraja.

Markus dan Legius melihat masyarakat belum merasakan kenyamanan hidup di Tana Toraja. Karena itu, mereka telah mempersiapkan program-program supaya masyarakat punya kenyamanan hidup dalam suatu daerah yang indah di Tana Toraja.

Kondisi yang tidak nyaman ini pada akhirnya membuat masyarakat menjadi jenuh, bahkan cenderung apatis, ditambah lagi dengan utang pemerintah daerah yang terus menumpuk dari tahun ke tahun hingga ratusan miliar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun