Mohon tunggu...
Zahara Sitio
Zahara Sitio Mohon Tunggu... Jurnalis - Penikmat Kopi

"Chance Never Comes Twice"

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Ikut Pilkada Tana Toraja 2020, Markus dan Legius Tawarkan Perubahan

17 November 2019   22:08 Diperbarui: 18 November 2019   11:02 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Markus Aruan, SE dan Ir. Legius Paliling, M.Eng. Foto Dok. ISTIMEWA

TANA TORAJA -- Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Tana Toraja (Tator) 2020 menjadi ujian berat bagi rakyat Tator, apakah tetap ingin bertahan seperti sekarang atau inginkan sebuah perubahan?

"Jika mau ada perubahan di Tana Toraja, saya dan Pak Legius tawarkan jalan perubahan tersebut," kata bakal calon Bupati Tana Toraja Markus Aruan yang didampingi pasangannya bakal calon Wakil Bupati Legius Paliling kepada penulis, pada sela-sela acara Kongres II Nasdem di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (10/11/2019).

Menurut Markus, yang juga seorang kader Partai Nasdem, agenda perubahan yang mereka tawarkan salah satunya terkait reformasi di bidang birokrasi dan perbaikan tata kelola anggaran daerah. Selain itu, ada juga konservasi kearifan-kearifan lokal, perlindungan dan pengakuan pemerintah daerah terhadap hak-hak ulayat masyarakat adat, serta perubahan di bidang lainnya.

Hal sama juga diungkapkan Legius. Ia mengatakan masyarakat Tana Toraja sangat menaruh harapan besar akan ada perubahan di pilkada mendatang. Mereka berdua berkomitmen harus ada sesuatu yang berbeda yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Markus dan Legius pun sudah mempersiapkan program-program untuk menjawab perubahan dimaksud.

Legius menambahkan secara nama, Toraja sebenarnya sudah sangat indah, bahkan sudah dikenal secara nasional dan internasional. Tetapi bagaimana faktanya sekarang? Toraja yang indah itu ternyata tak seindah jika sudah melihat langsung pembangunan di tengah-tengah masyarakat.

Masyarakat cenderung bersikap apatis dan tidak bisa melakukan apa-apa. "Kebutuhan setiap orang tidak bisa terus menerus diharapkan mengalir dari tetangga atau masyarakat lain, sementara kita sendiri hanya berpangku tangan," ujar Legius yang juga kader PDIP.

Bagi Legius, kondisi seperti ini yang perlu didobrak dan dirubah. Mengapa kondisi apatis masyarakat bisa terjadi? Alasannya adalah tak lain karena ketidakhadiran pemerintah untuk memotivasi masyarakat agar mampu melakukan aktifitas menghidupi keluarga. Juga termasuk karena tidak ada sarana dan prasarana yang disiapkan oleh pemerintah daerah.

Salah satu contoh menurut Legius adalah infrastruktur jalan. Memang, Legius dan Markus mengakui infrastruktur jalan telah dibangun oleh pemerintah daerah namun kenyataannya masyarakat Tana Toraja boleh melihat dan menilai bahwa infrastruktur jalan sudah dibangun sangat sempit sehingga menyiksa masyarakat jika ada acara-acara kebudayaan berlangsung.

Tak hanya infrastruktur jalan, infrastruktur lainnya seperti di sektor pertanian dan pariwisasta juga harus terus dibenahi dan digenjot sehingga masyarakat benar-benar termotivasi melakukan kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan mereka.

Termasuk, memanfaatkan potensi air yang ada Tana Toraja untuk sektor pertanian yang didukung dengan fasilitas memadai, serta membuat fasilitas gedung olahraga untuk melatih anak-anak muda berkompetisi dengan baik. []

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun