Mohon tunggu...
Zainullah Shomad
Zainullah Shomad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Ekonomi Islam IAIN Jember

Don't Think To be The best. But Think To do The Best

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Perayaan Tahun Baru ala Makanan Lesehan?

1 Januari 2019   06:26 Diperbarui: 1 Januari 2019   07:50 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun baru adalah suatu perayaan diamana suatu budaya atau adat merayakan berakhirnya masa setahun dan dimulai pada hitungan tahun selanjutnya. 

Budaya yang memiliki kelender tahunan atau jadwal dunia semuanya merayakan tahun baru, dan hari tahun baru yang ada di Indonesia jatuh pada tanggal tepatnya di pertengahan malam dari tahun sebelumnya ke tahun selanjutnya. Indonesia mengadopsi kelender Gregorian, hampir sama dengan mayoritas Negara-negara yang ada di dunia. Tepatnya juga pada hari berkahirnya tahun 2018 dengan masuknya tahun baru 2019.

Malam tahun baru biasanya dimeriahkan dengan populasi gambus dan karaoke disetiap titik kota yang biasa rame dengan anak muda maupun orang tua, banyak warga yang terjun dalam dunia menjadi tahun baru sebagai ajang untuk menjual petasan, topi tahun baru, bahkan terompet dan bahkan juga banyak yang lainnya, sebagai orang pembisnis tentunya lewatnya tahun baru sebagai prioritas kerja dengan menghasilnkan laba banyak, wahh lumayan juga tahun baru jika digunakan dengan yang bermanfaat.

Namun selaku warga yang merasakan kehidupan atas program jenjang hidup dengan jangka panjangnya juga harus memikirkan kira-kira tawaran program apa yang akan warga terima saat setelah leyapnya tahun baru dan kira-kira persiapan apa saja yang harus diadopsi oleh pimpinan sebagai sarana nyaman kepada warganya, karena ketika bicara masalah tahun tentunya akan bicara hal semuanya,  jangka hidup selama tahun sebelumnya sudah berhasil dan menghasilkan serta tahun 2019 kedepannya akan melaksanakan apa. 

Wallahu Ahlam hanya Allah yang tahu. Para ulama sudah tersorot masa dan jaman, siapakah yang akan memberikan tausiyah jika ulama-ulama sudah banyak yang terzalimi dan siapakah kira-kira pemimpin akan berhasil membawa peradaban baru bagi warganya.

Bagi sang penulis tahun baru adalah hal sudah lumrah dan tak perlu untuk mengeluarkan speda motor dari kontrakan dan pergi ketempat-tempat rame, menyaksikan tarian maca bahkan tarian ular Dan teentunya akan banyak menguras isi dompet panjang, bagi sang penulis tahun harus di isi dengan main Domino bersama para petani dan penjaga pos kambling, juga bisa di isi dengan bakar-bakar ikan bawal dibelakang kontrakan bersama anak-anak kontrakan  sembari makan dengan posisi dudk separuh berdiri.

Alangkah indahnya kota ini jika tahun baru bisa di katagorikan ataupun dibentuk seperti makan lesehan bersama para family dan kerabat teman akrab, disana bia menanyakan secara dan bisa ber face to face dengan para pencuri uang kuning (koruptor) dan para Raja yang berkulit bunglon (Pemimpin) serta anak tiri yang kadang terlontarkan (Masyarakat) tentunya hal ini akan lebih bermakna dan akan menghasilkan kultur tahunan yang baru. Ingin hati memeluk gunung namun apalah daya tangan tak sampai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun