Hujan turun ketika pikiran tag menyatu
Saat itu sang arwah ini hanya melamun sendiri
Yang hanya di temenin sepasang rokok yang berasap.
Naluriku berkata dan berangan kamu sedang bersamaku.
Namun itu hanya tampiasan petir yang ketika ku pandang berupa bungkus rokok yang sudah kusut.
Aku tau aku sendiri sekarang......
Dan aku sangat tidak bodoh bahwa kamu tidak sedang bersamaku....
Entahlah apa aku sedang minum air keras yang memabukkan sehingga aku tak sadar.
Tapi bayangan kamu sepintar menemaniku kala itu. Dan kamu menatapmu dengan senyuman rindu.
Akupun menjawabnya dengan senyuman pula.....
Sempat aku mau menyentuh pipi bulanmu yang sangat benning itu.
Namun semut menggigit kakiku dengan sakit bahwa aku sedang melamun.
Arwahpun mulai tersadar bahwa itu hanya ilusi belaka orang yang di hujat rindu
Aku mulai bangun dan sadar. Tak lama kemudian ibu datang menyapaku.
Aku menghampiri beliau dan mencium tangannya.
Sempat beliau berpesan.....
Nak....Anakku.....
Iya kamu nak.....
Kamu harus suksess dan menjadi pemimpin yang adil dan mamfaat bagi ummat dan bangsa ini...
Kamu jangan hanya hidup manja dan penuh dengan kemewahan. Kamu harus ingat nak.
Masa depanmu ada di tanganmu sekarang......
Bibirku mulai bergetar ingin menyapanya pula
Namun bayanga itu sudah reda.
Ketika aku melihat keluar tenyata hujan sdah berhenti dan waktu sudah menunjukkan waktu maghrip.
Sejenak aku berpikir serius dan mulai menata kalimat yg sederhana.
Aku sudah yakin dan pasti di Ridhoi sang ilahi
Bahwa dialah makmum aku nnti dan ibu dari anak"ku kelak.
Dan bidadariku ketika sudah di alam empiris tersebut yang hanya bisa di angan oleh para ulama dan hamba tuhan.
Bibirku mulai keluar kalimat.
Aminnn.........